Jumat, 30 April 2010

Kebaikan yang Menguatkan

Bismillahirrahmanirrahim

Saya sebenarnya tidak tahu harus menulis catatan ini dari mana

judul tulisan ini mencuat begitu saja dari kepala saya tadi sore

kebaikan, ya perbuatan baik

kerap kita lakukan insya Allah ya

alasannya? alasan melakukannya?

banyak

masing-masing orang punya alasannya sendiri

masing-masing punya niatnya sendiri

ikhlas?

semoga, karena keikhlasan dan niat seseorang hanya Allah SWT saja yang tahu

 

tapi tahukah kebaikan yang kita lakukan

setiap langkah-langkah menujunya

setiap fikiran yang memikirkannya

setiap  tangan yang terjulurkan'

setiap kata-kata kebaikan yang diluncurkan

semuanya akan berbalik kepada kita sendiri

 

kita mungkin tidak merasa

tidak sadar

tapi ternyata kebaikan-kebaikan lain berdatangan kepada kita

menguatkan kita dikala lemah

memperkaya hati kita disaat miskin

'dan memperkuat hubungan kita dengan orang-orang yang kita cintai

 

tahukah kita

sesungguhnya senyum yang kita berikan kepada teman

hiburan yang kita suguhkan disaat teman merana

dan kebaikan2 lain

menguatkan kita dalam hidup ini

merekatkan hubungan kita dengan orang-orang yang kita kasihi

kita sayangi...ini terbukti...

jika tidak percaya lihat saja hidup Anda

kebaikan-kebaikan yang Anda dapat sekarang

adalah buah kebaikan yang telah Anda lakukan

dijauh-jauh hari, di hari kemarin, di detik yang lalu..

 

Anas bin Malik ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda (yang artinya):

“Di antara manusia ada yang menjadi pembuka kebaikan serta penutup keburukan, dan ada pula yang menjadi pembuka keburukan serta penutup kebaikan. Sungguh beruntung seseorang yang Allah letakkan di tangannya kunci-kunci pembuka kebaikan dan sungguh celaka dia yang Allah letakkan di tangannya kunci-kunci pembuka keburukan.“ (HR. Ibnu Majah)

“Barangsiapa yang
mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan
beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.
(An-Nahl:97)


 

<

Selasa, 27 April 2010

detikNews : UN 2010 Langgar Prinsip Keadilan Pendidikan

http://www.detiknews.com/read/2010/04/28/072840/1346752/10/un-2010-langgar-prinsip-keadilan-pendidikan
Maaf Pak Menteri, tapi saya sangat tidak mendukung UN (eh kenapa musti minta maaf sama Pak Menteri?)

Kidzania Bermain Profesi




Acara main ke kidzania
hari Sabtu sore
tanggal 24 April 2010 kemarin
ini terselenggara berkat kerja sama...

...hehe ga ding...

sebenernya Bunda dapat rezeki voucher kidzania
sudah dua bulan yang lalu...
tapi Bunda lupaaa....

Bunda dapat bingkisan kado dari mahasiswa bimbingan
berupa dua buah voucher tiket masuk Kidzania
dari Kakak Farah Muthmainah
mahasiswa FEUI angkatan 2006
yang sudah lulus dengan memuaskan^^

kata Kakak Farah: dua tiket ini ditujukan buat Eisha dan Safa

namun dasar emak-emak pelupa,
Bunda baru sadar kalau ternyata itu voucher sdh mendekati expired date
tanggal 25 April kemaren coba...
padahal dikasihnya sudah lama...

akhirnya dengan pontang panting dan
tak terencana Eisha Safa dan Bunda juga Ayah
berangkat ke PP mall menuju Kidzania
tanggal 24 Aprilnya...hehe
daripada vouchernya mubazir tidak terpakai

alhamdulillah..senangnya disana,
kata Eisha: kita kesana lagi ya Bunda?
kata Bunda: tunggu ada yang kasih voucher lagii yaa..*hihi ngareppp*

Rabu, 21 April 2010

Membesarkan anak dalam budaya tamak atau itsar? mana yang kita pilih?

Bismillahirrahmanirrahim

tulisan sekaligus curhat ini berawal dari
pandangan mata kemarin 
sewaktu saya menuju kampus
dengan kereta listrik KRL AC jabotabek
dari stasiun Tebet menuju UI depok

disitu, saat saat masuk kereta,
saya temui satu keluarga lengkap berada dalam kereta AC
seorang ibu, seorang ayah, dan dua anak balita mereka, 
dan satu ART (mungkin juga disebut baby sitter)
mereka semuanya tak terkecuali 
duduk di bangku kereta
masing-masing mendapat satu kursi

kursi kereta saat itu memang sdh penuh
jadi saya dan beberapa penumpang lainnya
memang tidak mendapatkan tempat duduk
jadinya harus berdiri

setiba distasiun cawang
bermasukanlah penumpang kereta lainnya
ke dalam kereta
beberapa diantaranya adalah ibu-ibu paruh baya
lebih tua-lah dari saya (sepertinya)
kami persis berdiri tepat dihadapan keluarga tersebut

entah ini persepsi (proyeksi) saya atau bukan
mungkin iya, cuma menurut saya
alangkah baiknya jika sang ayah (dari keluarga tersebut) memberikan kursinya  
kepada orang lain perempuan2 ibu2 yang berdiri dihadapannya
atau mungkin salah satu dr dua anak balita mereka bisa dipangku 
untuk memberi ruang duduk bagi penumpang lain yang berdiri

tapi saya memang bukanlah mereka...

sang ayah tidak bergeming
tetap asik duduk di kursinya

saya sebenarnya sudah mahfum (biasa?)
dengan fenomena ini di kereta
mengingat pengalaman saya selama mjd penumpang perkeretaan jabotabek
jangan terlalu berharap... 
ada orang yang mau memberikan tempat duduk ke kita,
walaupun orang tersebut laki-laki dan muda serta terlihat sehat 
karena kalau kita punya harapan itu, mungkin kita akan kecewa

karena hal itu jarang terjadi
kebanyakan malah para penumpang pria
akan memejamkan matanya ketimbang
memberikan tempat duduknya ke penumpang lain
yang mestinya lebih diprioritaskan untuk duduk
yaitu: ibu-ibu, orang tua (lansia), atau anak-anak

nah kembali ke keluarga di kereta itu...
menjelang stasiun kalibata dan pasar minggu
dua anak balita mereka yang aktif sdh mulai bosan  duduk manis di bangku kereta
anak-anak balita itu  berdiri meninggalkan kursinya
dan salah satu anaknya yang paling kecil (sekitar 2 tahunan)
minta dipangku oleh si mba (ART)
sementara sang kakak yg lbh besar berjalan kesana kemari

hm hm...
berarti tersedia setidaknya satu bangku kosong lebih ya?

saya sekali lagi tidak berharap
bangku tersebut diberikan kepada penumpang lain
saya hanya senyum-senyum saja dalam hati 
(emang bisa ya senyum dalam hati? ^^)

yang membuat saya terkejut adalah
sang ibu (dari keluarga tersebut)
yang melihat bangku anaknya kosong
karena sang anak minta dipangku si mba ART
'memindahkan tas travel bayi berukuran cukup besar
ke bangku kosong yang ditinggalkan anaknya 


astaghfirullahal adzim...

jadilah bangku kosong tersebut dihuni
oleh tas bayi besar ketimbang diisi oleh orang lain yang jelas-jelas berdiri...

Allahu Rabbi....fenomena apa ini?

sang ibu lebih memilih mengisi bangku yang kosong tersebut dengan tas travelnya
ketimbang mempersilakan orang lain untuk duduk dibangku tersebut

bagaimana sekiranya Anda melihat hal ini?
apakah miris atau mungkin merupakan hal biasa??

****

ada satu lagi pengalaman saya...
hampir mirip dengan pengalaman kereta diatas...


dua minggu yang lalu saya berkesempatan mengajak anak-anak saya
bermain air di Snow Beach Taman Mini
karena kami kesana saat weekend bisa dibayangkan
betapa penuhnya orang yang berada disana

sampai suatu saat 
Eisha kepingin mencoba suatu wahana aliran air
dan itu membutuhkan pelampung ban kuning besar supaya bisa terapung
pelampung tersebut  memang disediakan pihak pengelola wahana 
tetapi apa mau dikata semua pelampung sudah terpakai
jadi kami mengurungkan niat bermain ke wahana tersebut
dan memilih untuk menunggu...

sampai saya melihat seorang ibu 
sedang memegangi sebuah  pelampung  disebelahnya
pelampung ban besar berwarna berwarna kuning sambil duduk..

dari pakaiannya saya yakin ibu itu tidak turut berenang...

tidak berapa lama, ada seorang anak perempuan 
berusia sekitar 10 tahun menghampiri ibu itu
ternyata anak perempuan itu bukanlah anak si ibu ini
ternyata si gadis kecil menghampiri si ibu
untuk bertanya bolehkah ia memakai pelampung ban kuning yang tidak terpakai
yang berada disebelah ibu itu

lalu apa kata ibu itu ke anak itu:
"Maaf ga bisa, ini nanti mau dipakai sama anak-anak saya"

padahal sampai sejam saya perhatikan 
sang pelampung masih tetap berada disamping ibu tersebut 
tanpa ada seorang anak atau kerabatnya yang memakainya

astaghfirullah...
saya beristighfar
kenapa ya ibu itu meng-keep  pelampung yang tidak dia pakai
sementara sebenarnya pelampung itu
adalah nyata-nyata  bukan kepunyaanya
dan ada orang lain yang saat itu membutuhkan?

duh jangan-jangan (saya) pernah melakukan hal itu ya?
astaghfirullah, saya tidak mau ya Allah.....
....semoga hal ini tidak pernah terfikir untuk pernah saya lakukan
apalagi dihadapan anak-anak saya...

karena bagaimana bisa...saya sebagai
seorang ibu, atau kita sebagai ibu dan ayah
yang tidak berhenti berdoa agar anak-anaknya menjadi anak sholeh, anak sholehah,
penyejuk mata dan hati  kita
malah mengamalkan sifat ketamakan dalam keseharian kita?

bagaimana bisa kita berharap
anak-anak kita kelak
menjadi anak yang anak yang baik, berhati lembut, penolong sesama..
tapi kesehariannya anak-anak dibawa pada sikap mementingkan diri sendiri?

bagaimana bisa kita berharap bangsa ini dipenuhi
generasi masa depan pembangun bangsa
jika sikap menolong dan memberi kepada orang lain tidak dibiasakan?
malah ditiadakan?

bagaimana mungkin kita berharap sang anak akan menjadi amalan jariyah kita kelak
jika kita, orang tuanya malah lebih mengedepankan sifat yang  justru diminta oleh Allah SWT dan Rasulunya untuk dijauhi?

*****

mari berkaca kepada fenomena yang lain
di belahan waktu dan peristiwa yang lain..
yang cukup membuat asa ini ada kembali
akan generasi masa depan yang sholeh dan sholehah...

cerita yang diadaptasi ini semoga memberikan hikmah buat kita ya..
ibu dan ayah, ummi dan abi, mama dan papa..

adalah dua anak laki-laki bersaudara...
usia keduanya kurang dari 5 tahun
mereka berdua sedang diajak berjalan-jalan ke Taman Pintar di Jogja sana

Di tengah perjalanan,
sang adik dibelikan satu botol susu coklat oleh sang Ibu
cuma satu buah memang...untuk dirinya sendiri yang memang sedang kehausan

sementara saudara satunya-nya (sang kakak) memang tidak berada disitu
karena sedang bermain di wahana yang lain
jadi sang ibu tidak membelikan susu untuk si kakak

sang adik  ternyata..
tidak serta merta menghabiskan susu tersebut
disisakan separuh, walau ia kehausan
dan katanya pada sang ibu: "ini setengah untuk Mas (sang kakak)"

subhanallah...
si adik haus
tapi ia masih terpikir
untuk memberikan sisa susunya pada saudaranya yang lain..

Sempatkah terfikir bahwa anak-anak ini
termasuk anak-anak kita
adalah anak-anak yang diberikan Sang pencipta
sebuah sifat fitrah yang sangat baik

Rasululullah SAW bersabda:
"Tiada seorang bayi pun yang lahir melainkan ia dilahirkan di atas fitrah. (HR Bukhari)"

mereka anak-anak ini
bagaikan kertas polos penuh dengan kesucian
apakah yang akan kita torehkan kepada kertas ini
sifat tamak ataukah sifat itsar?
sifat egosentris atau penolong?
sifat yang dilarang atau yang diajarkan Rasulullah SAW?

insya Allah kita akan memilih yang kedua..
inya Allah..insya Allah...
semoga Allah SWT meridhoi kita ya Ayah dan Bunda


“Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri.Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. 59:9)


Rabu, 14 April 2010

berada dalam normalitas

Bismillahirrahmanirrahim

Saya senang membaca status dan blog orang
karena tulisan mereka memberikan pengetahuan baru
dan memperluas pandangan saya insya Allah

ada sharing blog yang menginspiasi saya untuk menulis kali ini
adalah sharing Bunda Riyyani disini:
http://riyyani.multiply.com/journal/item/21/Anak-anak_Karbitan

Sharing Bunda Riyyani diatas 
menginpirasi saya untung mengungkapkan isi hati saya
tentang normalitas anak...

Dulu waktu saya masih kuliah S1 di FEUI
kebanyakan dosen memberi nilai akhir mata kuliah 
menggunakan distribusi normal
menjadikan kita mahasiswa mereka ini deg-degan
dan bertanya-tanya di manakah nilai kita berada dalam kurva (distribusi) normal?

apakah di kutub sisi kanan kurva dimana terdapat nilai tertinggi di kelas?
atau malah parahnya di sisi kiri dari kurva nomalitas, 
dimana nilai terendah di kelas berada
masing-masing kutub biasanya cuma berisi 5%
dari keseluruhan jumlah mahasiswa.
sedikit sekali bukan?
kalau ada 40 mahasiswa, maka mungkin bila menggunakan alpha 5 %
maka mahasiswa "jenius" diatas normal (yang mendapat nilai mutlak A) 
jumlahnya hanya sekitar 2 orang saja.

tentu saja biasanya separuh lebih kelas 
berada pada posisi tengah (on average normal score)
dimana rata-rata nilai kelas berada...
untuk saya saat itu sebagai mahasiswa,
daerah tengah kurva normalitas ini adalah nilai aman,
kalau mau dibilang cukuplah untuk lulus mata kuliah tersebut...hehe


Nah terkait dengan normalitas anak,
sekarang ini saya melihat fenomena banyaknya orang tua
resah atas normalitas anak-anak mereka
(termasuk saya didalamnya mungkin)

ditambah lagi orang tua sekarang
seringkali dibuat panik oleh berbagai iming-iming
dan ketakut-takutan tidak jelas dari berbagai tawaran marketing
perusahaan-perusahaan jasa kursus
yang mengaku bisa mengakselerasi
kemampuan anak-anak mereka
menjanjikan anak-anak kita bisa dibuat cepat pintar dan cepat matang:
mulai dari les A, les B, les C, les D,
metode membaca usia dini, les matematika, les bahasa  cas cis cus
yang semua-semuanya menjanjikan anak akan lebih unggul

kalau meminjam istilah kurva nilai diatas
sang anak akan diusahakan berada pada kutub kanan atas
berada diatas normal
dari anak kebanyakan

lalu bagaimana dengan mereka yang rata-rata?
anak-anak yang berada pada normalitas?
mereka yang baru bisa membaca pada usia 7 tahun?
seperti kebanyakan kita dulu
mereka yang di usia 4 tahun dan belum mengenal 
kata-kata how are u, medium, large, small
dan istilah bahsa asing yang lain?
mereka yang belum hafal perkalian diusia 6 tahun?
apa berarti mereka adalah bibit yang tidak unggul?
apakah berarti mereka tidak akan menjadi manusia hebat dewasa kelak?

nah nah, saya akui nih sebenarnya saya juga termasuk orang tua
yang mudah terprovokasi oleh apa yang dilakukan orang tua lain
dan kalau lagi kurang kewarasannya,
akhirnya saya terjebak dalam membandingkan
anak-anak saya dengan anak-anak lainnya
dimana hasilnya adalah malah saya, ibu dari Eisha dan Safa
sedih tak menentu kalau Eisha Safa "dirasa ketinggalan":
semuanya keluhan bergelayut diotak:
duh anakku belum bisa baca, duh belum pintar berhitung, 
duh tulisannya belum rapih
duh belum bisa bahasa inggris, dan lain-lain

istighfar harusnya saya ya...

lalu jika anak-anak kita berada pada area normalitas ini
perlu gusarkah kita sebagai orang tua?

Terkadang keresahan ini sudah bermunculan di hati orang tua
bahkan saat sang anak baru mulai tumbuh dan berkembang

misalnya iika anak kita usia 12 bulan belum berjalan
anak kita masih tertatih-tatih melangkah, 
sementara melihat ada anak lain yang usianya 10  bulan sudah berjalan,
melihat anak ibu itu usia 12 bulan sdh lancar melangkah?
banyak orang tua merasa gusar tentang hal ini
saya mendengarnya sendiri, (atau mungkin saya pernah rasakan sendiri dulu ya?)
mendengar para ibu berkeluh kesah
kok anakku belum jalan ya? kok anakku belum bisa titah ya?

padahal pada usia tersebut adalah normal
anak masih dalam fase belajar berjalan
dan bukan lancar berlari

atau kembang kempiskah hidung kita karena demikian bangganya
karena anak kita berada diatas normal
salah satu contoh yang saya alami adalah
ketika anak saya si sulung Eisha tidak melewati fase merangkak
namun langsung berdiri dan berjalan
padahal normalnya adalah anak berjalan melalui fase merangkak, berdiri lalu titah bukan?

dulu saya merasa wah oke nih si Eisha langsung jalan tanpa merangkak
sampai ditemukan hasil riset yang memastikan
bahwa setiap anak perlu melewati fase merangkak
dalam proses ia berjalan,
karena dengan merangkak,
ada hormon yang dirangsang untuk memperkuat fungsi otaknya
sampai-sampai dianjurkan bagi anak yang melewatkan fase merangkak
dan sdh "terlanjur" lancar berjalan
melakukan kembali tahapan merangkak ini...
dan ini yang dilakukan  Eisha,
walau sudah besar Eisha mesti mengulangi fase rangkakannya itu sekarang
yaitu dengan bermain yang membutuhkan aktivitas merangkak
seperti bermain kuda-kudan ^^ hehe

...karena ya normalnya seperti itu..dan itu PERLU tenyata...


walau ya tentu saja ya bunda
untuk anak yang extraordinary, sangat pintar, sangat mandiri
kita akan bersyukur karenanya...alhamdulillahirrabbil alamin
orang tua mana yang tidak suka anaknya punya kelebihan
tapi apakah salah juga jika anak kita berada pada normalitas usianya?
tidak tentu saja, itu BAIK-BAIK saja, insya Allah...

karena biasanya sesuatu yang sengaja dibuat abnormal 
(termasuk super)
punya trade off-nya sendiri
sepeti bunga instant yang disemprot cairan hormon
bunga itu akan cepat mekar dengan indah memang setelah ia disemprot
tapi dalam satu hari bunga tersebut juga langsung rontok berguguran
kalau kata psikolog menyebut fenomena ini sebagai: "early ripe, early rot",

cepat tumbuh tapi cepat pula layu...

istighfar lagi saya...

akankah kita lakukan hal ini ke anak-anak kita?

Orang tua yang merasa gusar
jika anaknya berada diarea average normal,
mungkin mulai mencari-cari cara mem-boost kemampuan anak-anak kita,
membuat mereka cepat matang namun trade offnya mereka cepat juga menjadi "layu"
orang tua mulai melalakukan tindakan ketidakpatutan terhadap anak (Faizah, 2009)

untuk lebih validnya  alinea dibawah ini sampai alinea terakhir adalah 
kutipan dari tulisan ibu Dewi Utama Faizah (2009)
-BUKAN TULISAN SAYA YA BUNDA-

kutipan ini diambil dari tulisan beliau tentang "Anak-Anak Karbitan"
link lengkapnya:  

Ibu Fauziah merupakan anggota
Direktorat pendidikan TK dan SD Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, 
Program Director untuk Institut Pengembangan Pendidikan Karakter 
divisi dari Indonesia Heritage Foundation.

Diantara indikator orang tua
untuk melakukan berbagai ketidakpatutan terhadap anak. 
Diantaranya yang paling menonjol adalah
orientasi pada kemampuan intelektual secara dini.
Akibatnya bermunculanlah anak-anak ajaib
dengan kepintaran intelektual luar biasa.
Mereka dicoba untukmenjalani akselerasi dalam pendidikannya
dengan memperoleh pengayaan kecakapan-kecakapan akademik
di dalam dan di luar sekolah. (Faizah, 2009)

"Early Ripe, early Rot...!"

Selama berpuluh-puluh tahun orang begitu yakin bahwa keberhasilan anak di
masa depan sangat ditentukan oleh faktor kognitif.
Otak memang memiliki kemampuan luar biasa yang tiada berhingga.
Oleh karena itu banyak orangtua dan para pendidik tergoda 
untuk melakukan "Early Childhood Training". 
Era pemberdayaan otak mencapai masa keemasanmya. (Faizah, 2009)

Setiap orangtua dan pendidik berlomba-lomba menjadikan anak-anak
mereka menjadi anak-anak yang super (Superkids). 
Kurikulum pun dikemas dengan muatan 90 % bermuatan kognitif 
yang mengfungsikan belahan otak kiri. 
Sementara fungsi belahan otak kanan hanya mendapat porsi 10% saja. 
Ketidakseimbangan dalam memfungsikan ke dua belahan otak 
dalam proses pendidikan di sekolah sangat mencolok. 
Hal ini terjadi sekarang
di mana-mana, di Indonesia. (Faizah, 2009)

Berbagai kasus yang terjadi pada anak-anak karbitan 
memperlihatkan bagaimana pengaruh tekanan dini 
pada anak akan menyebabkan berbagai gangguan kepribadian 
dan emosi pada anak. 
Oleh karena ketika semua menjadi cepat mekar.... 
kebutuhan emosi dan sosial anak jadi tak dipedulikan! 
Sementara anak sendiri membutuhkan waktu untuk tumbuh,
untuk belajar dan untuk berkembang, sebuah proses dalam kehidupannya !'
(Faizah, 2009)

Kecenderungan orangtua menjadikan anaknva "be special" 
daripada "be average or normal" sernakin marak terlihat. 
Orangtua sangat ingin anak-anak mereka menjadi "to excel to be the best". 
(Faizah, 2009)

Sebetulnya tidak ada yang salah. 
Namun ketika anak-anak mereka digegas untuk mulai
mengikuti berbagai kepentingan orangtua 
untuk menyuruh anak mereka
mengikuti beragam kegiatan, 
seperti kegiatan mental aritmatik, sempoa,
renang, basket, balet, tari ball, piano, biola, melukis, dan banyak
lagi lainnya...maka lahirlah anak-anak super---"SUPERKIDS' ". 
Cost merawat anak superkids ini sangat mahal. (Faizah, 2009)

Era Superkids berorientasi kepada "Competent Child". 
Orangtua saling berkompetisi dalam mendidik anak 
karena mereka percaya "earlier is better". 
Semakin dini dan cepat dalam menginvestasikan beragam
pengetahuan ke dalam diri anak mereka, maka itu akan semakin baik. (Faizah, 2009)


Kasus yang pernah dimuat tentang kisah seorang anak pintar
karbitan ini terjadi pada tahun 1930,
seperti yang dimuat majalah NeYorker.
Terjadi pada seorang anak yang bernama William James Sidis,
putra seorang psikiater. Kecerdasan otaknya membuat anak itu segera
masuk Harvard College walaupun usianya masih 11 tahun. 
Kecerdasannya di bidang matematika begitu mengesankan banyak orang. 
Prestasinya sebagai anak jenius menghiasi berbagai media masa. 
Namun apa yang terjadi kemudian? 
James Thurber seorang wartawan terkemuka
pada suatu hari menemukan seorang pemulung mobil tua, 
yang tak lain adalah William James Sidis. 
Si anak ajaib yang begitu dibanggakan dan membuat
orang banyak berdecak kagum pada beberapa waktu silam.

Sedangkan seperti halnya Einstien 
yang mengalami kesulitan belajar hingga kelas
3 SD. Dia dicap sebagai anak bebal yang suka melamun. (Faizah, 2009)

Neil Posmant seorang sosiolog Amerika pada tahun 80-an meramalkan
bahwa jika anak-anak tercabut dari masa kanak-kanaknya, maka
lihatlah... ketika anak anak itu menjadi dewasa, maka ia akan menjadi
orang dewasa yang ke kanak-kanakan! (Faizah, 2009)


*semoga kita bisa memetik hikmahnya ya Ayah ya Bunda, utamanya saya sendiri nih*
*dan semoga kita selalu bersyukur anak kita berada pada normalitas usianya, insya Allah*
*wallahu a'lam bishowwab, alhaqu mirrabbik*


Selasa, 13 April 2010

tidak ada yang salah dengan menjadi sama

Bismillahirrahmanirrahim

Tulisan ini terinspirasi oleh
beberapa hal dan kejadian

salah satunya terinspirasi oleh status pak Pras,
dosen marketing saya waktu di MMUI dulu,
di statusnya beliau menanggapi fenomena tentang
pandangan orang-orang terhadap  seorang Bapak berumur..
sebut saja pak Trimo..
seorang penjaja es teh manis di SMA 6 sana
yang dari dulu  saat pak Pras sekolah sampai sekarang
hampir 20 tahun
masih tetap berjualan es teh di pinggir sekolahnya.

Kebanyakan orang memandang pak Trimo ini
sebagai orang yang tidak maju-maju,
sama dari waktu ke waktu, tidak ada progress,
hidupnya begituuu-begituuu saja..

tapi pak Pras tidak begitu,
ia memandang pak trimo sebagi orang yang konsisten,
konsisten melayani anak sekolah yang haus sepulang sekolah
dengan jajanan  jualan minumannya...
Pak trimo bukanlah orang yang hidupnya membosankan
ia sebaliknya adalah orang yang ikhlas berusaha
dengan hal yang sama dr waktu ke waktu

adakah hal yang salah dengan kesamaan pak trimo selama itu?
saya sepakat dengan pak pras: tidak, tidak ada yang salah

ada satu cerita lagi..
sebutlah pak Narsun
seorang bapak tua penjual mainan di depan sekolah TK Eisha
setiap jam pulang sekolah ia akan siap bersama sepedanya yang penuh dengan susunan mainan serba murah rata-rata lima ratus sampai seribuan perak
menyambut anak sekolah TK keluar dari gerbang dan melihat-lihat mainannya
syukur-syukur jika ada yang membeli
ia sudah menjalani hidup berjualan mainan ini bertahun-tahun
mendapat omset penjualan 30-50 ribu setiap harinya
yang dipakai sebagian untuk makan

ia tetap melakukan hal yang sama
walaupun sebenarnya anak-anaknya sudah dewasa
sudah tidak membutuhkan nafkah dari sang bapak
dan sanggup menghidupi sang bapak
namun Pak narsun tdk mau
ia ingin berusaha sendiri
memegang uang sekedarnya dari jerih payahnya sendiri
dari tetap berjualan mainan
ia rela tidur di emperan di toko-toko setiabudi setiap malam
dan baru tiap dua minggu sekali pulang bertemu
dengan anak cucunya di cibinong bogor sana
subhanallah, jadi apa ada yang salah jika seorang bapak tua tetap sama berjulaalan mainan sepanjang hidupnya? apa ia adalah orang yang kolot?orang yang tidak mau maju?

Tidak, tentu saja tidak bukan?
kesamaan yang dijalani pak Narsun selama ini
adalah untuk harga dirinya,
untuk martabatnya dari tidak meminta-minta kepada orang lain
dari menggantungkan hidup materinya kepada anak-anaknya

Subhanallah,
dan astghfirullah terucap
selama ini mungkin kita telah salah memandang orang
memproyeksikan mereka sesuka hati kita
melecehkan cara hidup mereka,
menghina pekerjaan mereka yang sama dari waktu ke waktu dalam hati kita
merendahkan nasib mereka yang sama dan terlihat monoton
dan terlihat berjalan di tempat

tapi tahukah
mungkin sesungguhnya niat dan tujuan mereka lebih pasti
dan ikhlas dari
jalan kita, dari cara kita...

Lihatlah sekali lagi cerita yang lain..
sebut saja pak Taufik
adalah seorang bapak tua
tukang parkir di suatu Sekolah Menegah Atas di Jakarta
sama seperti halnya bapak Narsun dan pak Trimo
ia sudah belasan tahun menjadi tukang parkir di tempat yang sama

ketika ditanya: bosankah ia menjadi tukang parkir? ia menjawab: tidak.
ketika ditanya lagi: inginkah ia berpindah pekerjaan ke pekerjaan yang lebih baik?
jawabannya: tidak.
ketika ditanya lagi: mengapa Bapak tetap bertahan hanya sebagai tukang parkir?

Inilah jawaban Pak taufik:
karena dengan menjadi tukang parkir hidupnya menjadi lebih berarti,
ia anggap pekerjaannya ini adalah cara satu-satunya
ia bisa mengumpulkan bekal
di kampung akhirat kelak,
karena ia tidak punya apa-apa untuk berbagi
atau bersedekah

Benarkah hanya menjadi seorang tukang parkir bisa menjadi lebih berarti?
bagaimana caranya?

Inilah jawaban Pak taufik:
yaitu dengan mendokan setiap orang yang datang dan pergi dari tempat parkir
ketika setiap mobil pergi dari tempat parkir yang berada ia di dekatnya, Pak Taufik berdoa
doa yang ia panjatkan adalah:
"Ya Allah semoga Bapak/Ibu/anak itu selamat sampai tujuan"

Semoga kata pak Taufik, doa yang dia haturkan sebagai tukang parkir selama ini
menjadi dzikrnya dan menjadi tabungan amalannya kelak di akhirat...


subhanallah..subhanallah...subhanallah

*semoga kita bisa mengambil hikmahnya