Bismillahirrahmanirrahim
tulisan sekaligus curhat ini berawal dari
pandangan mata kemarin
sewaktu saya menuju kampus
dengan kereta listrik KRL AC jabotabek
dari stasiun Tebet menuju UI depok
disitu, saat saat masuk kereta,
saya temui satu keluarga lengkap berada dalam kereta AC
seorang ibu, seorang ayah, dan dua anak balita mereka,
dan satu ART (mungkin juga disebut baby sitter)
mereka semuanya tak terkecuali
duduk di bangku kereta
masing-masing mendapat satu kursi
kursi kereta saat itu memang sdh penuh
jadi saya dan beberapa penumpang lainnya
memang tidak mendapatkan tempat duduk
jadinya harus berdiri
setiba distasiun cawang
bermasukanlah penumpang kereta lainnya
ke dalam kereta
beberapa diantaranya adalah ibu-ibu paruh baya
lebih tua-lah dari saya (sepertinya)
kami persis berdiri tepat dihadapan keluarga tersebut
entah ini persepsi (proyeksi) saya atau bukan
mungkin iya, cuma menurut saya
alangkah baiknya jika sang ayah (dari keluarga tersebut) memberikan kursinya
kepada orang lain perempuan2 ibu2 yang berdiri dihadapannya
atau mungkin salah satu dr dua anak balita mereka bisa dipangku
untuk memberi ruang duduk bagi penumpang lain yang berdiri
tapi saya memang bukanlah mereka...
sang ayah tidak bergeming
tetap asik duduk di kursinya
saya sebenarnya sudah mahfum (biasa?)
dengan fenomena ini di kereta
mengingat pengalaman saya selama mjd penumpang perkeretaan jabotabek
jangan terlalu berharap...
ada orang yang mau memberikan tempat duduk ke kita,
walaupun orang tersebut laki-laki dan muda serta terlihat sehat
karena kalau kita punya harapan itu, mungkin kita akan kecewa
karena hal itu jarang terjadi
kebanyakan malah para penumpang pria
akan memejamkan matanya ketimbang
memberikan tempat duduknya ke penumpang lain
yang mestinya lebih diprioritaskan untuk duduk
yaitu: ibu-ibu, orang tua (lansia), atau anak-anak
nah kembali ke keluarga di kereta itu...
menjelang stasiun kalibata dan pasar minggu
dua anak balita mereka yang aktif sdh mulai bosan duduk manis di bangku kereta
anak-anak balita itu berdiri meninggalkan kursinya
dan salah satu anaknya yang paling kecil (sekitar 2 tahunan)
minta dipangku oleh si mba (ART)
sementara sang kakak yg lbh besar berjalan kesana kemari
hm hm...
berarti tersedia setidaknya satu bangku kosong lebih ya?
saya sekali lagi tidak berharap
bangku tersebut diberikan kepada penumpang lain
saya hanya senyum-senyum saja dalam hati
(emang bisa ya senyum dalam hati? ^^)
yang membuat saya terkejut adalah
sang ibu (dari keluarga tersebut)
yang melihat bangku anaknya kosong
karena sang anak minta dipangku si mba ART
'memindahkan tas travel bayi berukuran cukup besar
ke bangku kosong yang ditinggalkan anaknya
astaghfirullahal adzim...
jadilah bangku kosong tersebut dihuni
oleh tas bayi besar ketimbang diisi oleh orang lain yang jelas-jelas berdiri...
Allahu Rabbi....fenomena apa ini?
sang ibu lebih memilih mengisi bangku yang kosong tersebut dengan tas travelnya
ketimbang mempersilakan orang lain untuk duduk dibangku tersebut
bagaimana sekiranya Anda melihat hal ini?
apakah miris atau mungkin merupakan hal biasa??
****
ada satu lagi pengalaman saya...
hampir mirip dengan pengalaman kereta diatas...
dua minggu yang lalu saya berkesempatan mengajak anak-anak saya
bermain air di Snow Beach Taman Mini
karena kami kesana saat weekend bisa dibayangkan
betapa penuhnya orang yang berada disana
sampai suatu saat
Eisha kepingin mencoba suatu wahana aliran air
dan itu membutuhkan pelampung ban kuning besar supaya bisa terapung
pelampung tersebut memang disediakan pihak pengelola wahana
tetapi apa mau dikata semua pelampung sudah terpakai
jadi kami mengurungkan niat bermain ke wahana tersebut
dan memilih untuk menunggu...
sampai saya melihat seorang ibu
sedang memegangi sebuah pelampung disebelahnya
pelampung ban besar berwarna berwarna kuning sambil duduk..
dari pakaiannya saya yakin ibu itu tidak turut berenang...
tidak berapa lama, ada seorang anak perempuan
berusia sekitar 10 tahun menghampiri ibu itu
ternyata anak perempuan itu bukanlah anak si ibu ini
ternyata si gadis kecil menghampiri si ibu
untuk bertanya bolehkah ia memakai pelampung ban kuning yang tidak terpakai
yang berada disebelah ibu itu
lalu apa kata ibu itu ke anak itu:
"Maaf ga bisa, ini nanti mau dipakai sama anak-anak saya"
padahal sampai sejam saya perhatikan
sang pelampung masih tetap berada disamping ibu tersebut
tanpa ada seorang anak atau kerabatnya yang memakainya
astaghfirullah...
saya beristighfar
kenapa ya ibu itu meng-keep pelampung yang tidak dia pakai
sementara sebenarnya pelampung itu
adalah nyata-nyata bukan kepunyaanya
dan ada orang lain yang saat itu membutuhkan?
duh jangan-jangan (saya) pernah melakukan hal itu ya?
astaghfirullah, saya tidak mau ya Allah.....
....semoga hal ini tidak pernah terfikir untuk pernah saya lakukan
apalagi dihadapan anak-anak saya...
karena bagaimana bisa...saya sebagai
seorang ibu, atau kita sebagai ibu dan ayah
yang tidak berhenti berdoa agar anak-anaknya menjadi anak sholeh, anak sholehah,
penyejuk mata dan hati kita
malah mengamalkan sifat ketamakan dalam keseharian kita?
bagaimana bisa kita berharap
anak-anak kita kelak
menjadi anak yang anak yang baik, berhati lembut, penolong sesama..
tapi kesehariannya anak-anak dibawa pada sikap mementingkan diri sendiri?
bagaimana bisa kita berharap bangsa ini dipenuhi
generasi masa depan pembangun bangsa
jika sikap menolong dan memberi kepada orang lain tidak dibiasakan?
malah ditiadakan?
bagaimana mungkin kita berharap sang anak akan menjadi amalan jariyah kita kelak
jika kita, orang tuanya malah lebih mengedepankan sifat yang justru diminta oleh Allah SWT dan Rasulunya untuk dijauhi?
*****
mari berkaca kepada fenomena yang lain
di belahan waktu dan peristiwa yang lain..
yang cukup membuat asa ini ada kembali
akan generasi masa depan yang sholeh dan sholehah...
cerita yang diadaptasi ini semoga memberikan hikmah buat kita ya..
ibu dan ayah, ummi dan abi, mama dan papa..
adalah dua anak laki-laki bersaudara...
usia keduanya kurang dari 5 tahun
mereka berdua sedang diajak berjalan-jalan ke Taman Pintar di Jogja sana
Di tengah perjalanan,
sang adik dibelikan satu botol susu coklat oleh sang Ibu
cuma satu buah memang...untuk dirinya sendiri yang memang sedang kehausan
sementara saudara satunya-nya (sang kakak) memang tidak berada disitu
karena sedang bermain di wahana yang lain
jadi sang ibu tidak membelikan susu untuk si kakak
sang adik ternyata..
tidak serta merta menghabiskan susu tersebut
disisakan separuh, walau ia kehausan
dan katanya pada sang ibu: "ini setengah untuk Mas (sang kakak)"
subhanallah...
si adik haus
tapi ia masih terpikir
untuk memberikan sisa susunya pada saudaranya yang lain..
Sempatkah terfikir bahwa anak-anak ini
termasuk anak-anak kita
adalah anak-anak yang diberikan Sang pencipta
sebuah sifat fitrah yang sangat baik
Rasululullah SAW bersabda:
"Tiada seorang bayi pun yang lahir melainkan ia dilahirkan di atas fitrah. (HR Bukhari)"
mereka anak-anak ini
bagaikan kertas polos penuh dengan kesucian
apakah yang akan kita torehkan kepada kertas ini
sifat tamak ataukah sifat itsar?
sifat egosentris atau penolong?
sifat yang dilarang atau yang diajarkan Rasulullah SAW?
insya Allah kita akan memilih yang kedua..
inya Allah..insya Allah...
semoga Allah SWT meridhoi kita ya Ayah dan Bunda
“Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri.Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. 59:9)