Senin, 14 November 2011

Matahari, Allah, dan Lapar di Surga

  Bismillahirrahmanirrahiim

Percakapan dengan anak sangat menghibur kita ayah dan bundanya.
Mereka siap bercakap, berbicara, dan bertanya tentang apa saja yg terlintas di fikiran mereka.

Unik, lucu dan terkadang mengagumkan melihat pembicaraan anak-anak ini ya.

***Matahari dan Allah***

Saat makan bersama dengan Ayah dan Bunda, anak-anak mengobrol tentang Matahari

Eisha:" Bunda, sinar ultraviolet matahari itu merusak ya?"
Bunda: "Tidak juga Eisha, sinar ultraviolet matahari hanya akan merusak bila terlalu banyak"

Bunda menyambung: "Tapi sinar ultraviolet juga bermanfaat kok, dia bisa mematikan kuman, bakteri, juga mengandung vitamin D untuk pertumbuhan tulang kita"

Eisha: "oh begitu"

Eisha bertanya lagi: "Kalau matahari dengan Allah itu besaran siapa ya?"

Adik Safa yg sedang makan (tapi ternyata ikut mendengarkan) bersegera menjawab: "Ya Allah -laaah"
"Allah lebih besar"

****ah Safa pintaar :) ****

Lanjut lagi percakapan yang lain, di malam yg sama, saat makan

Eisha: "Bunda, aku pingin sekali masuk Surga"

Bunda: "iya, insya Allah, Kalau Eisha baik juga hapal Qur'an, Eisha pasti masuk surga" :) *ini ceritanya Bunda memotivasi*

Bunda lanjutkan: "nanti Surganya memangil-manggil: Eisha anak sholehah, mari masuk kesini"

Eisha dan Safa tertawa :D

Eisha lanjut bertanya: "Bunda, memang di Surga, orang tidak merasa lapar ya? "

Jawab Bunda: "iya, di Surga, orang tidak akan merasa lapar juga tidak akan merasa ngantuk"

Eisha bertanya lagi: "Kalau di Surga orang tdk merasa lapar, lalu kenapa di Surga banyak makanan, Bunda? "

Bunda: errrr.....*kenapa ya,Bunda bingung jawabnya* :P

Melihat Bunda diam-mikir, Ayah bantu menjawab: "Iya, karena di Surga banyak makanan itulah, jadi orang tidak merasa lapar. Jika Eisha mau makan, makanan langsung datang, jika mau sesuatu langsung ada, begitu..."

Eisha: "oh begitu..."


***anak-anak, obrolannya membuat ayah Bunda berfikir dan tersenyum :D***

"Anak-anak kecil dan orang-orang jenius mempunyai persamaan yang penting - rasa ingin tahu. Biarkan rasa ingin tahu itu berkembang pada masa kanak-kanak, sebab mungkin mereka akan menemukan sesuatu yang ditemukan orang-orang jenius" -Edward G. Bulwer Lytton

Powered by Telkomsel BlackBerry®




Kamis, 10 November 2011

Percakapan Edisi Go Green

Bismillahirrahmanirrahim

Benar ternyata, sepertinya menanamkan sikap baik dan positif lebih efektif kepada anak-anak (dibanding ketika dewasa) ya.

Anak-anak lebih menyerap penjelasan positif dan langsung mengamalkannya :)

****

Sepertinya belakangan ini, Eisha menerima materi tentang cinta lingkungan dan hidup go green di sekolahnya, karena berkali-kali Eisha bertanya ke Bunda tentang: apa itu go green, kenapa kita harus hemat air, kenapa kalau pergi lampu harus dimatikan, dan lain-lain

***

Ternyata anak-anak ini mendengarkan penjelasan, dan menancapkannya dalam hati. Mungkin tidak seperti kita (orang dewasa) yg kadang lupa, atau kalau kata orang: masuk kuping kiri keluar kuping kanan he he

Anak-anak justru ingat dan langsung mengamalkan apa yang didengar dan diresapi

***

Suatu sore, adik Safa mencuci tangan di wastafel dengan menyetel air kerannya sangat besar.

Kata Kak Eisha: "Safa, setel air kerannya jangan besar-besar."

Kata Safa: "iyyaa"

Kata Kak Eisha: "kita harus hemat air. Jangan buang-buang air. Kita harus Let's keep the green"

***wah Kakak :) ***

Suatu sore, adik Safa mengambil gunting hendak menggunting-gunting kertas

Kakak Eisha yang melihat, bilang ke adik:
"Safa, kalau mau menggunting pakai kertas bekas saja ya, jangan kertas yang baru"

Adik Safa: " iyaa"

Kata Kak Eisha: "kasihan soalnya pohon banyak ditebang untuk kertas, nanti hutannya jadi gundul"

Bunda yang dengar: "Memang kenapa kalau hutannya gundul Sha"

Kata Eisha: "nanti jadi banjir, dan bumi jadi rusak, tanahnya jadi retak-retak"

Hoooo I see, begitu ya :D




Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 08 November 2011

Cinderella di Rumah

Bismillahirrahmanirrahim

Ceritanya sudah beberapa minggu ini
Tidak ada Mbak ART di rumah.
Jadinya pekerjaan rumah seperti beberes rumah dan kamar, serta memasak makanan untuk Eisha dan Safa di-handle oleh Ammah (Tante) Peni, adik Bunda.

Bunda ke Ammah: "Ammah, terima kasih yaa sudah rapihkan kamar eisha safa, juga memasak makanan Eisha Safa"

Ammah Peni: "iyaaaa "

Ammah Peni ini memang pintar masak, terutama masak kue pancake kesukaan Eisha Safa :)

Eisha yg dengar Bunda berterima kasih ikutan bicara: "Iyyaaa, ammah baik deh, seperti Cinderella, suka bersihkan rumah, suka memasak, suka mengepel..Ammah rajin..:)"

Hohoho, hehehehehe


Eisha, Eisha, kok Ammah dikaitkan dongeng ya :D

Kata Ammah: "iyya deh gpp kayak Cinderella, nanti ketemu pangeran baik hati dan ganteng yaaa"

Huehehe Iya deh, Aamiin :D , semoga Ammah ketemu Pangeran sholeh dan baik hati yaa...


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 26 Oktober 2011

Kebanggaan Tauhid


Bismillahirrahmanirrahim

Penting memang mendidik anak di awal fase pendidikannya dengan pengenalan terhadap Penciptanya, Allah swt, sering kita sebut Ma'rifatullah.
Karena insya Allah ini akan jadi pegangannya dalam hidup

Karenanya saat memasukan sekolah anak, maka yang terpenting adalah apakah sekolah anak kita bisa mendekatkan ia dengan Pencipta-Nya, Mengenal Allah dengan lebih dekat.

Sekolah TK Safa saat ini sekarang bukan sekolah TK yang mahal, pun tidak terkenal, fasilitasnya juga standar saja, cara belajarnya pun lebih banyak bermain dan menyanyikan lagu-lagu, namun Bunda gembira karena di sekolah ini Safa belajar banyak tentang Islam, dan mengenal Allah swt, Penciptanya:)

alhamdulillah......

*****cuplikan cerita Safa: Tauhid 1 *******

Ayah bertanya ke Safa: "Safa Tuhan kita ada berapa? Banyak ya? Ada lima ya?" (Pertanyaan utk mengetes)

Safa: "Tuhan kita satu, Ayah. Cuma Satu"

Ayah: "Siapa Tuhan kita,Safa?" "Siapa Tuhan yang satu-satunya kita sembah?"

Safa: "Alloh, Alloh Subhanallahu wa Ta'ala, Ayah"

***anak sholehah, senangnya mendengar jawaban kamu ini nak :)***



****cuplikan cerita Safa: Tauhid 2*****

Suatu ketika Safa bermain dengan sepupunya yang seumuran namanya Ali.
Bunda mendengar diam-diam obrolan mereka saat bermain bersama.

Ali: "Safa, jangan main disitu, ada setannya"
Safa: "gapapa Ali ga usah takut, gapapa"
Ali: "hii ada setannya lo Safa"
Safa: "gapapa, kalau ada setan, kita berdoa sama Allah, ayo Ali, kita berdoa. Setan itu takut sama Allah"

***oh Safa, tauhidmu membanggakan hati kami yang mendengarnya, subhanallah :)****

Tetaplah seperti itu, tetapkan Allah dihatimu ya nak :) Semoga Allah SWT selalu menjagamu...


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Minggu, 23 Oktober 2011

Bagaimana Cara Mencetak Anak Nakal?


Bismillahirrahmanirrahim

Pagi ini saya membaca postingan link seorang teman di FB dan menemukan artikel berikut, cukup menghentak dan memberi banyak insight untuk kita, para orang tua. Bahwa apa-apa yang kita lakukan (yang mungkin sering kita anggap wajar) memberikan efek negatif kepada anak di masa depannya.

Saya share disini, semoga bermanfaat, sumbernya dari link ini: http://m.kompasiana.com/post/edukasi/2011/10/24/bagaimana-cara-mencetak-anak-nakal/

**************

Bagaimana Cara Mencetak Anak Nakal?

Oleh: Cahyadi Takariawan | 24 October 2011 | 07:47 WIB

Departemen Kepolisian Texas pernah merilis “Postulat untuk Membesarkan Anak- anak Nakal” dalam rangka propa­ganda anti anak nakal. Terjadi kegelisahan yang amat serius pada pemerin­tah kota Houston, Texas, lantaran banyaknya kejahatan yang dila­kukan oleh anak-anak belia, hingga akhirnya dibuatlah kampanye dan propaganda besar-besaran untuk menekan jumlah kejahatan mereka.

Berikut ini beberapa postulat untuk membesarkan anak-anak nakal, mungkin ada manfaatnya bagi kita.

1. Sejak bayi, berikan kepada anak segala yang ia inginkan. Dengan demikian, ia akan percaya bahwa dunia berhutang budi kepadanya.

2. Pada waktu ia mengucapkan kata-kata yang tidak patut, tertawakanlah agar ia merasa bahwa ia lucu.

3. Jangan pernah memberi pendidikan ruhaniah kepada anak. Tunggulah sampai ia berumur 21 tahun baru kemudian ia akan memil­ih untuk dirinya sendiri.

4. Jangan pernah mengatakan “salah” kepadanya. Kata itu akan mengembangkan rasa bersalah yang kompleks. Hal itu menjadikan ia di kemudian hari apabila ditangkap karena mencuri mobil akan merasa bahwa penangkapan itu merupakan penganiayaan.

5. Biarkan saja dia berbohong. Lakukanlah segalanya bagi anak, agar ia berpengalaman melemparkan tanggung jawab kepada orang lain.

6. Biarkan ia membaca apa saja yang dapat ia peroleh sendiri. Biarkan pikirannya berpesta pora di keranjang sampah.

7. Sering-seringlah bertengkar di hadapan anak anda. Dengan demikian mereka tidak akan terkejut apabila di kemudian hari keluarganya berantakan.

8. Berilah uang yang mereka butuhkan. Jangan pernah membiarkan anak menabung untuk dirinya sendiri.

9. Puaskan segala keinginan makanan, minuman, dan kesenangannya. Lihatlah, apakah segala keinginan nafsunya telah terpenuhi?

10. Pada waktu ia sungguh-sungguh dalam kesulitan, maafkanlah diri Anda sendiri dengan mengatakan, “Aku tak dapat berbuat apa-apa lagi.”

Apakah kita sudah melaksanakan sepuluh postulat di atas, keseluruhan atau sebagiannya ? Jika sudah, artinya kita telah terlibat dalam mencetak dan membesarkan anak-anak nakal.
Berhentilah melakukannya !


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 19 Oktober 2011

Catatan Kecil Safa


Bismillairrahmanirrahiim

Kalau dulu yang suka celotah-celoteh adalah Kakak Eisha, sekarang yg paling bawel di rumah adalah Adik Safa.

Cerita-cerita tentang Safa-nya mau Bunda tulis di bog mp, sebelum lupa...:)


****
Bunda pulang dari kampus melihat tempat tidur berantakan, dan gemes jadinya langsung dirapihkan.

Safa yang milhat Bunda, ikut bantu merapihkan, menarik sepreinya dari ujung-ujung :),

Kata Bunda ke Safa: "Safa pintar ya, bantu Bunda",
Eh Safa malah jawab: "emang iya , ayo Bunda bilang terima kasih ke Safa"

He he he iyya deh, makasih ya, Safaa :P

****
Safa lagi menggambar dilantai, dan Bunda lewat disampingnya Safa
Tidak sengaja sedikit menginjak jari kelingking Safa
Belum sempat Bunda minta maaf, Safa sudah langsung bilang: "aduh,Bunda,jari Safa nih kena, ayo Bunda minta maaf ke Safa"

Oh iyaa maaf deh Safaa, Bunda ga sengaja :P

****

Suatu malam, Kakak Eisha sudah tidur lebih dulu dari Safa. Safa masih belum ngantuk tampaknya, jadi masih menggambar sana-sini dan bermain krayon

Capek menggambar, Safa mengambil posisi tidur. Tapi Safa mengambil selimut strawberry yang menyelimuti Kak Eisha.

Bunda tanya: "Loh Safa, Kan itu selimut buat Kak Eisha, kok diambil, kasihan dunk kak Eisha nanti kedinginanan"

Safa menjawab sekenanya: "Kata Kak Eisha, Kak Eisha ga mau selimut, katanya Kak Eisha kegerahan, mau yang dinginnn Bundaa"

Lo lo lo.....gitu ya *kapan juga kak Eisha ngomongnya yaa :D*

****

Safa bercakap-cakap dengan Ammah Peni.
Safa: "Ammah, garam itu asalnya dari mana"
Ammah Peni: "dari air laut, garamnya diambil dari air laut yg asin, dipanaskan, air lautnya menguap, nanti garamnya tertinggal deh"

Safa: "hmm kalau gitu kalau nanti garamnya diambil terus dari air laut, nanti garamnya jadi habis dong, terus ambil dimana lagi?"

Wah si Ammah bingung ambil dimana lagi ya nih garem? "̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ "̮...

***

Kak Eisha dan Safa bertengkar karena Kak Eisha meminjam buku Safa tapi tidak mau dikembalikan

Safa menangis

Bunda yg melihat, menasihati (mungkin lebih bisa dibilang: memarahi) kak Eisha, karena kak Eisha tidak mau kembalikan buku Safa.

Eisha diam mendengar Bunda. Hening.
Tapi adik Safa malah bilang begini: "Bunda, jangan marahi Kak Eisha, kasihan, Safa sayang sama Kak Eisha"

Looooohhhh gimana toooohhhh...:D

Safa, Safa....

***
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 17 Oktober 2011

Insiprasi dari CEO’s Note – Dahlan Iskan (PLN)

Bismillahirahmanirrahiim
Pagi ini saya membaca tulisan ini di milis yang saya ikuti, karena inspiratif, saya share disini ya, semoga bermanfaat :)

*****

Insiprasi dari CEO’s Note – Dahlan Iskan (PLN)

Ini adalah CEO’s Note Dahlan Iskan yang saya terima dari teman. CEO’s Note ini terbit di kalangan internal PLN dan dipublikasikan pula oleh Jawa Pos. Semoga menginspirasi.

Dahlan Iskan: Dua Tangis dan Ribuan Tawa

Minggu lalu genap enam bulan saya menjadi CEO PLN. Ada yang bilang ”baru” enam bulan. Ada yang bilang ”sudah” enam bulan.

Betapa relatifnya waktu…

Selama enam bulan itu, saya dua kali sakit perut serius. Setengah hari saya tidak bisa bekerja, kecuali hanya tidur lemas di bilik di belakang ruang kerja Dirut PLN.

Sebenarnya, saya harus mewaspadai sakit perut seperti itu melebihi sakit lainnya. Sebab, kata dokter, sakit perut merupakan tanda awal mulai bermasalahnya transplantasi hati yang saya lakukan tiga tahun lalu. Mungkin saja itu merupakan tanda awal bahwa "hati"nya orang lain yang sekarang saya pakai ini mulai ditolak oleh sistem tubuh saya. Begitulah kata dokter.

Syukurlah, sakit perut itu cepat hilang tanpa saya harus minum obat. Saya memang tidak boleh sembarangan minum obat, khawatir berbenturan dengan obat transplan yang masih harus saya minum setiap hari.

Tiba-tiba saja, ketika hari sudah berubah siang, ketika rapat penting yang telanjur dijadwalkan tersebut harus dimulai, sakit itu sembuh sendiri…

Selama enam bulan itu, seingat saya, belum pernah saya absen. Saya memang sudah berjanji kepada diri sendiri: Selama enam bulan pertama sebagai Dirut PLN, saya tidak akan mengurus apa pun kecuali listrik

Tidak akan pergi ke mana pun kecuali urusan listrik. Tidak akan bicara apa pun kecuali soal listrik. Karena itu, kalau biasanya dulu setiap bulan saya bisa dua-tiga kali ke luar negeri, selama enam bulan di PLN ini, saya tidak ke mana-mana.

Untuk itu, saya harus minta maaf kepada famili, teman dekat, dan pengurus berbagai organisasi yang saya ketuai. Selama enam bulan tersebut, saya tidak bisa menghadiri acara keluarga, pesta perkawinan teman-teman dekat, dan bahkan selamatan boyongan rumah anak sendiri. Apalagi rapat-rapat organisasi atau permintaan ceramah. Semua saya hindari.

Saya memang masih tercatat sebagai ketua umum persatuan perusahaan surat kabar se-Indonesia, ketua umum persatuan barongsai Indonesia, persatuan olahraga bridge Indonesia, dan banyak lagi. Selama enam bulan itu, tidak ada rapat yang bisa saya hadiri.

Menjelang enam bulan di PLN, berat badan saya naik 3 kg! Oh, rupanya saya kurang gerak. Hanya dari mobil ke ruang rapat. Dan dari ruang rapat ke mobil. Siang dan malam. Itu tentu tidak baik. Dokter yang tiga tahun lalu mentransplantasi hati saya melarang badan saya terlalu gemuk. Dokter selalu mengingatkan, meski kelihatannya sehat, status saya tetap saja sebagai orang sakit. Di samping harus terus minum obat, juga harus tetap hati-hati. Karena itu, menginjak bulan keenam, saya putuskan ini: berangkat kerja berjalan kaki saja.

Maka, setiap hari pukul 05.45 saya sudah berangkat kerja. Jalan kaki dari rumah saya di dekat Pacific Place Semanggi, Jakarta, ke Kantor Pusat PLN di Jalan Trunojoyo, seberang Mabes Polri itu. Berangkat sepagi itu bukan supaya dianggap sok rajin, tapi ingin menghindari asap knalpot. Tidak ada gunanya berolahraga sambil menghirup CO2.

Beruntung, rute menuju kantor tersebut bisa ditempuh dengan menghantas jalan-jalan kecil yang sepi yang kiri-kanannya penuh pohon-pohon nan merimbun. Pukul 06.30, ketika baru ada satu-dua mikrolet mengasapi jalanan, saya (biasanya ditemani istri) tiba di kantor dengan keringat yang bercucuran.

Hasilnya: selama satu bulan itu, berat badan sudah turun 2 kg. Masih punya utang 1 kg lagi. Mula-mula, berjalan cepat selama 35 menit itu terasa berat. Jarak rumah-kantor tersebut juga terasa sangat jauh. Tapi, kian lama menjadi kian biasa. Bahkan, belakangan jarak itu terasa sedikit kurang jauh.

Betapa relatifnya jarak…

Enak juga sudah di kantor pagi-pagi. Kini, menjadi pemandangan biasa pada pukul 07.00 sudah banyak orang Jepang yang antre di ruang tamu. Demikian juga beberapa relasi PLN lainnya. Bahkan, seorang perempuan yang merasa diperlakukan kejam oleh suaminya juga tahu jadwal saya ini: Sebelum pukul 07.00, perempuan itu sudah menangis di lobi untuk mengadukan kelakuan suaminya. Lalu, minta sangu untuk pulang karena uangnya tinggal pas-pasan untuk datang ke PLN itu tanpa tahu harus bagaimana pulangnya. Suaminya, katanya, sangat-amat pelitnya.

Betapa relatifnya uang…

Selama enam bulan itu, saya dua kali menangis. Sekali di ruang rapat dan sekali di Komisi VII DPR RI. Kadang memang begitu sulit mencari jalan cepat untuk mengatasi persoalan. Kadang sebuah batu terlalu sulit untuk dipecahkan.

Tapi, tidak berarti hari-hari saya di PLN adalah hari-hari yang sedih. Ribuan kali saya bisa tertawa lepas. Ruang rapat sering menjadi tempat hiburan yang menyenangkan. Terutama ketika begitu banyak ide datang dari para peserta rapat. Apalagi, sering juga ide tersebut dikemukakan dengan jenakanya.

Di mana-mana, di berbagai forum, saya selalu membanggakan kualitas personal PLN. Orang PLN itu rata-rata cerdas-cerdas: tahu semua persoalan yang dihadapi perusahaan dan bahkan tahu juga bagaimana cara menyelesaikannya. Yang tidak ada pada mereka adalah muara.

Begitu banyak Ide yang mengalir, tapi sedikit yang bisa mencapai muara. Kalau toh ada, muara itu dangkal dan sempit. Ide-ide brilian macet dan kandas. Kini, di ruang rapat tersebut, semua ide bisa mulai bermuara. Bahkan, meminjam lagunya almarhum Gesang, bisa mengalir sampai jauh…

Memang, ruang rapat sebaiknya jangan penuh ketegangan. Orang-orang PLN itu siang-malam sudah mengurus tegangan listrik. Jangan pula harus tegang di ruang rapat. Ruang rapat harus jadi tempat apa saja: debat, baku ide, berbagi kue, dan saling ejek dengan jenaka. Saya bangga ruang rapat PLN bukan lagi sebuah tempat biasa, tapi bisa menjadi katalisator yang menyenangkan.

Sebuah tempat memang bisa jadi apa saja bergantung yang mengisinya.

Betapa relatifnya tempat…

Sedih, senang, ketawa, menangis, semua bergantung suasana kejiwaan. Pemilik jiwa sendirilah yang mampu menyetel suasana kejiwaan masing-masing. Mau dibuat sedih atau mau dibuat gembira. Mau menangis atau tertawa. Semua bisa.

Betapa relatifnya jiwa…

Rasanya, selama enam bulan di PLN, saya juga belum pernah duduk di "kursi" direktur utama. Saya sudah terbiasa bekerja tanpa meja. Puluhan tahun, sejak sebelum di PLN. Setengah liar. Sebab, sebelum di PLN, saya hampir tidak pernah membaca surat masuk.

Jadi, memang tidak diperlukan sebuah meja. Semua surat masuk langsung didistribusikan ke staf yang bertugas di bidangnya. Sebab, kalaupun surat itu ditujukan kepada saya, belum tentu saya bisa menyelesaikannya. Maka, untuk apa harus mampir ke meja saya kalau bisa langsung tertuju kepada yang lebih pas menjawabnya?

Kini, sebagai Dirut PLN, saya tidak boleh begitu. Saya harus menerima surat-surat yang setumpuk itu untuk dibuatkan disposisinya. Inilah untuk kali pertama dalam hidup saya harus membuat corat-coret di lembar disposisi. Apa yang harus saya tulis di situ? Saran? Pendapat? Instruksi? Larangan? Harapan? Atau, beberapa kata yang hanya bersifat basa-basi -sekadar untuk menunjukkan bahwa saya atasan mereka?

Akhirnya, saya putuskan tidak menuliskan apa-apa. Kecuali beberapa hal yang sangat jarang saja. "Mengapa" saya harus memberikan arahan seolah-olah hanya saya yang "tahu" persoalan itu? Mengapa saya harus memberikan instruksi seolah-olah tanpa instruksi itu mereka tidak tahu apa yang harus diperbuat? Mengapa saya harus memberikan petunjuk seolah-olah saya itu "pabrik petunjuk"?

Maka, jangan heran kalau mayoritas lembar disposisi tersebut tidak ada tulisannya. Paling hanya berisi paraf saya dan nama orang yang harus membaca surat itu. Saya sangat yakin, tanpa disposisi satu kata pun, mereka tahu apa yang terbaik yang harus dilakukan.

Bukankah karyawan PLN itu umumnya lulusan terbaik ranking 1 sampai 10 dari universitas- universitas terbaik negeri ini ? Bukankah karyawan PLN itu, doktornya saja sudah 20 orang dan masternya sudah 600 orang? Bukankah mereka sudah sangat berpengalaman -melebihi saya? Maka, saya tidak ragu memberikan kebebasan yang lebih kepada mereka.

Inilah sebuah proses lahirnya kemerdekaan ide. Orang yang terlalu sering diberi arahan akan jadi bebek. Orang yang terlalu sering diberi instruksi akan jadi besi. Orang yang terlalu sering diberi peringatan akan jadi ketakutan. Orang yang terlalu sering diberi "pidato" kelak hanya bisa "minta petunjuk".

Saya harus sadar bahwa mayoritas warga PLN adalah lulusan terbaik dari universitas- universitas terbaik. Mereka sudah memiliki semuanya: kecuali kemerdekaan ide itu. Kini saatnya barang yang mahal tersebut diberikan kepada mereka. Saya sangat memercayai, jika seseorang diberi kepercayaan, rasa tanggung jawabnya akan muncul. Kalau toh ada yang tidak seperti itu, hanyalah pengecualian.

Semua itu saya lakukan di meja rapat. Bukan di meja kerja direktur utama. Karena itu, saya juga tidak pernah memanggil staf, misalnya, untuk menghadap duduk di kursi di depan direktur utama. Kalau saya lakukan itu, perasaan saya tidak enak. Mungkin hanya perasaan saja sebenarnya.

Saya tidak tahu dari mana lahirnya perasaan tidak enak tersebut. Mungkin karena dulu terlalu sering melihat Pak Harto di televisi dengan adegan seperti itu. Saya takut merasa menjadi terlalu berkuasa di kantor ini.

Kedudukan tentu tidak sama dengan tempat duduk. Yang merasa berkuasa pun belum tentu bisa menguasainya. Yang punya kedudukan belum tentu bisa duduk semestinya.

Betapa relatifnya sebuah kekuasaan…

Lalu, apa yang sudah kita capai selama enam bulan ini?

Ada yang bilang sudah sangat banyak: menanggulangi pemadaman bergilir di seluruh Indonesia, menyelesaikan IPP terkendala yang sudah begitu lama, mengatasi kacaunya tegangan listrik di berbagai wilayah (orang Aceh, Cianjur Selatan, Tangerang, dan banyak lagi kini sudah bisa mengucapkan selamat tinggal tegangan 14! Sudah bertahun-tahun tegangan listrik di Aceh hanya 14, sehingga sering redup dan merusak barang-barang elektronik. Kini, di Aceh dan banyak wilayah itu, tegangan listriknya sudah normal, sudah bisa 20).

Tapi, banyak juga yang bilang, masih terlalu sedikit yang diperbuat. Bahkan, ada yang bilang, termasuk seorang anggota DPR di komisi VI, bahwa direksi PLN yang baru ternyata bisanya hanya menaikkan TDL. Tudingan tersebut tentu lucu karena bukankah yang bisa menaikkan TDL itu hanya pemerintah bersama DPR? Bukankah direksi PLN itu, sesuai UU, sama sekali tidak punya wewenang menaikkan atau menurunkan TDL?

Betapa relatifnya kepuasan…

(Sebulan sekali, CEO PLN menulis surat kepada seluruh karyawan PLN. Inilah cara Dahlan Iskan untuk memotivasi dan berkomunikasi langsung dengan seluruh karyawannya. Surat itu diberi nama CEO’s Note. Tujuannya, seluruh karyawan PLN yang lebih dari 40.000 orang itu bisa langsung membaca jalan pikiran dan keinginan pimpinan puncak perusahaan. Setiap kali CEO’s Note terbit, banyak tanggapan dari karyawan melalui forum e-mail perusahaan. Artikel ini adalah CEO’s Note edisi ke-6 bulan Juli 2010).

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 13 Oktober 2011

Belajar Matematika Online | :: matematika jadi menyenangkan ::

http://math.bentangilmu.com/
link ini di dapat dari Bu Guru Irma, buat belajar eisha safa dan teman-teman nih, terima kasih yaaa Bu Irma :) *kiss* :)

Selasa, 27 September 2011

Tombo Ati - Ihsan - Sang Pencerah. (IPH's video collections)

Check out this video on YouTube:

http://www.youtube.com/watch?v=uuh8G8sOzsE&feature=youtube_gdata_player


Sent from my iPad2

Senin, 12 September 2011

Buah Permen


Bismillahirrahmanirrahim

Apa kabar multiply?
Tetap asik ya..
Bunda sekarang lagi kesengsem twitter
Jadi jarang ke mp deh :P

Tapi kalau mau curhat atau tulis tentang anak-anak,
Mau gak mau,balik lagi ya pulang kampung ke mp, tempat yang nyaman untuk cerita-cerita :)

Bunda mau tulis cerita tentang adik Safa, yang lucu..

Safa suka sekali buah, segala buah dia suka, berbeda sekali sama Kakak Eisha yg cuma suka beberapa jenis buah.

Tapi ternyata Safa tidak suka pepaya, tercetus saat kemarin bercakap-cakap sama Bunda tentang Buah kesukaan.

Bunda: "Safa suka buah pepaya ga?"
Safa: "aku ga suka pepaya"
Bunda: "kenapa Safa ga suka pepaya?"
Safa: "karena rasanya ga manis."
Bunda: "terus Safa sukanya buah apa?"
Safa: "aku suka buah semangka, melon"
Bunda: "terus apa lagi?"
Safa: "aku suka buah mangga, kelengkeng"
Bunda: "terus buah apa lagi"
Safa: "aku suka buah permen.."
Bunda: "loh kok buah permen, memang ada buah permen?"
Safa: "iyyyaa, kan ada permen rasa buah stowberry, rasa buah jeruk...."

laahhh....:D

He he he Safaaaaa nihhhh bisa aja deh ah :D


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sheppard Software: Fun free online learning games and activities for kids.

http://www.sheppardsoftware.com/
Dapat dari Bu Guru Irma, buat anak visual kayak eisha yang kalau belajar harus pakai gambar :) enjoy :)

Jumat, 05 Agustus 2011

Random Safa: Gajah bermata merah, Kapal Pecah, dan Kebersamaan


Bismillahirrahmanirrahim

Mumpung Bunda lagi semangat nulis blog kembali, maka cerita yg terlintas diotak mau Bunda tuliskan disini lagi :)

Maklum ya ceritanya tentang anak-anak lagi, habis ya namanya emak-emak, dunia dan kenarsisannya pasti tentang anaknya ya hehe3x *maklum*maklum* :D

Berikut Bunda rekamkan percakapan Safa, yg sekarang usianya sudah emat tahun (13 Juli 2011 kemarin)

Cerita celetukan Safa yang lucu-lucu dan membuat Bunda tersenyum :)

Cerita Random 1

Alkisah Bunda tuh paling ga suka melihat rumah berantakan, dan Eisha Safa tahu itu, karena Bunda sering banget bilang : "Aduh Eisha Safa, rumahnya jangan diberantakin, kalau rumah berantakan, kamar berantakan, Bunda pusing lihatnya, karena keliatan kayak kapal pecah"

Nah suatu saat Bunda sama Ayah ceritanya lagi berbincang-bincang. Eisha Safa ga jauh dari kita berdua posisinya, sedang main rumah-rumahan.

Bunda ngobrol bilang ke Ayah: "iya nih kerjaan Bunda yang ini, bla, bla, bla ga beres-beres"
Ayah nyautin dengan tanggapannya: "yah dicari masalahnya dong Bun, terus bla bla bla......"
Bunda nyautin lagi dengan curhatan: "kalo kerjaan ga beres begitu, Bunda jadi pusing deh ayah" *curhat ceritanya nih Bunda ke ayah*

Eh tiba-tiba Safa yg dari tadi anteng main, nyeletuk: "Kepala Bunda pusing ya, soalnya kayak kapal pecah yaaaa"

Huehehehe Safaaa nih main nyambung aja...:D

Celetukan Safa bikin Bunda yg tadinya gerutu curcol ke Ayah jd nyengir lebar banget, hihihihi Safa-Safa, ternyata dari tadi dengerin ya obrolannya Bunda sama Ayah :D

**********
Cerita Random 2

Ceritanya Safa lagi menggambar, Safa menggambar gajah. Tapi gajahnya belum dikasih gambar mata.

Bunda tanya ke Safa: "kok gajahnya ga ada matanya, Safa?"
Safa mengambil krayon yang ada didekatnya, kebetulan krayonnya ber warna merah,lau Safa menggambar mata gajah dengan krayon itu.

Bunda tanya lagi: "Loh kok matanya gajah merah?"
Safa jawab: "Iya soalnya dia lagi marah."
"Loh kok lagi marah? Marah sama siapa" Tanya bunda lagi
Jawab Safa: "iyya Gajahnya lagi marah nih sama Bunda, soalnya Bundanya suka galak"

Hooooo hohoho dalemmmm yaaa Safa tegurannyaa...... :P

***************

Cerita Random 3

Beberapa hari yang lalu, terjadi percakapan Safa dg Ammah Dian (adiknya Ayah), memperbincangkan tentang white board yang Safa bawa-bawa kemana-mana.

Ammah: "Safa whiteboardnya bagus deh, siapa yg beli?"
Safa: "mmm aku, aku yg beli"
Ammah: kok belinya cuma satu,buat kak eisha mana?"
Safa: "iya cuma satu, gapapa satu aja, kan bs dipake belsama-sama"

Bunda yg dari tadi dengerin, dalam hati membatin "wih, si Safa bisa ngomong bijak begituu"

*senang deh hati Bunda mendengarnyaaa...............senyum-senyum sendiri* :D
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Iman, Cinta Tanah Air dan Tikus

Bismillahirrahmanirrahim

Untuk kali ini Saya mau tulis pengalaman menarik dan unik saat kemarin dalam perjalanan pulang dari Depok menuju Jakarta dengan menggunakan KRL Ekonomi UI-Sudirman

Ada yang menarik di dalam kereta ekonomi kemarin...
Adalah cara promosi salah satu penjual asongan di dalam kereta yang tidak biasa :)

Unik deh, di dalam kereta si abang penjual berorasi begini:

"Ibu-Ibu, Bapak-Bapak"
"Siapa yang cinta tanah air?"
"Tahukah Bapak-Bapak, Ibu-ibu, cinta tanah air adalah bagian dari iman"

*si Penjual menyebutkan haditsnya tentang iman dan cinta tanah air *Tapi saya lupa lengkap haditsnya gimana:P* (nanti mau search di ggogle dulu)

"Percuma kalau Bapak-Bapak pakai kopiah kalau tidak cinta tanah air"
"Percuma juga kalau Ibu-ibu, mba-mba pakai jilbab, pakai kerudung kalau tidak cinta tanah air"
"Karena orang yang beriman adalah orang yang mencintai tanah airnya"

Lah, Saya yang (berjilbab tentu saja) ngikik dalam hati dan heran nih si abang mau jualan apa lagi kasih ceramah cinta tanah air ya di kereta? Hihi

Anak SMA sebelah saya juga ketawa geli denger kata-katanya si abang he he he *soalnya dia juga berjilbab,senasib disebut2 si abang:D*

Nah ceritanya si Abang nyambung lagi nih
Orasinya :P

"Nah Bapak-bapak, Ibu-Ibu yang cinta Tanah Air, kalau bapak-bapak dan ibu-ibu cinta tanah air, kita harus berantas tikus-tikus di negeri ini.
Negeri kita itu banyak sekali tikus-tikus berkeliaran...banyak sekali Bapak-bapak, Ibu-Ibu"

Sampai disini saya mikir...
Hoo baiklah jadi kalo cinta tanah air harus berantas tikus (????) :) tikus apa yaaa (mikirr Bunda) hehehehhe

Seperti bisa baca pikiran
Si Abang menyambung orasinya kembali begini:

"Bapak-bapak, ibu-ibu ga percaya kalau negeri ini di tanah air ini banyak tikusnya?"
" Coba Bapak Ibu baca berita di koran-koran, banyak tikus menggerogoti negara kita, tanah air kita, di MPR, di Pemerintahan"

Oooooo maksudnya "tikus itu ya"
*deuuhh si abang, orasinya kayak aktivis gitu hehe*

Eh si abang yang ternyata jualan lem tikus lanjut lagi orasinya begini:

"Jadi Bapak-bapak ibu-ibu ayo kita basmi tikus-tikus dengan lem tikus ini. Biar tikus-tikus di negeri kita ini pada musnah, ayo dibeli lem tikus ini......"

Hihihii sontak kita semua yg didalam kereta baru ngeh hubungan iman-cinta tanah air-dan tikus adalah anjuran membeli lem tikus!

Haha si abang, cara promosinya yg beda, unik, cukup kreatif buat produk lem tikus yang mungkin masuk kategori unsought (ga kepikiran dibeli sama konsumen) gitu yaaa.... Salut deh sama si abang, sama "beda" nya dan sama ke Pe-De-annya :D

Semoga laku dan berkah ya Bang jualannya :)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 03 Agustus 2011

Puasa dan Onta


Bismillahirrahmanirrahim

Tak terasa ya
Puasa Ramadhan sudah memasuki hari keempat.
Semoga kedepannya lancar terus ya :)

Ini adalah Ramadhan keempat Eisha berpuasa di usianya yang ketujuh,
semoga Allah memudahkan puasanya :)

Tulisan Bunda hari ini ingin menuangkan cerita
tentang percakapan sahur kemarin..

Seperti biasa saat sahur, Eisha di "mestikan" minum susu coklat hangat,
selain nasi, lauk, sayur, dan buah semangka atau apel (cuma 2 jenis buah ini yang Eisha sangat suka)

Bunda: "Ayo Eisha diminum susunya"
Eisha: "tadi aku sudah minum, sedikit"
Bunda: "kok sedikit, ayo diminum semua ya buat bekal puasa,biar kuat puasanya"

Eisha pun minum susunya, walau seteguk-seteguk, diusahakan habis :D

Eisha: "Ohya Bunda tahu ga hewan yang juga berpuasa?"
Bunda: "wah hewan apa ya yang puasa juga?" *asli Bunda mikirr nih :P*

Eisha: "iya seperti Onta, dia juga berpuasa, Onta menyimpan makanan dan minuman dipunuknya sebagai bekal puasa"

Eisha melanjutkan penjelasannya: "Onta makan dan minum yang banyak, disimpan dipunuknya, agar tahan puasanya berhari-hari"

Bunda: "hoo iya ya?"
*baru tahu Bunda malah hehehe3x*

Hoho, berdasarkan info dari Eisha ini,
Bunda baru tahu ternyata hewan (dalam hal ini Onta) puasa dan sahur juga ya... :D

Nah tadi, pas Eisha sahur lagi dan agak enggan makan buah,
Bunda ingatkan lagi sama si Onta ini:

"Ayo Eisha, makan-minum sahurnya jangan cuma sedikit,
jangan mau kalah sama Onta, yang juga berbekal buat puasanya" :D


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 20 Juli 2011

"Karena Ukuran Kita Tak Sama" oleh Salim A Fillah

Bismillahirrahmanirrahim

Tulisan karya Salim A Fillah ini 
bagus sekali...
dan saya share disini agar bisa tersebar luas pelajaran dan hikmah yang terkandung didalamnya


Tulisan berikut disadur dari buku "Dalam Dekapan Ukhuwah" karya Salim A Fillah
yang saya dapat dari postingan seorang teman di yahoogroups kampus.

Semoga bermanfaat...

*******

Karena Ukuran Kita Tak Sama
oleh Salim A Fillah

seperti sepatu yang kita pakai, tiap kaki memiliki ukurannya
memaksakan tapal kecil untuk telapak besar akan menyakiti
memaksakan sepatu besar untuk tapal kecil merepotkan
kaki-kaki yang nyaman dalam seepatunya akan berbaris rapi-rapi

Seorang lelaki tinggi besar berlari-lari di tengah padang. 
Siang itu, mentari seolah didekatkan hingga tinggal sejengkal. 
Pasir membara, reranting menyala dan tiupan angin yang  keras dan panas. 
Dan lelaki itu masih berlari-lari, menutupi wajah dari pasir yang beterbangan dengan surbannya, mengejar dan menggiring anak unta.

Di padang gembalaan dekatnya berdiri sebuah dangau pribadi berjendela. 
Sang pemilik,'Utsman ibn 'Affan, sedang beristirahat sambil dengan menyanding air sejuk dan buah-buahan. Ketika melihat lelaki itu dan mengenalnya 
"Masya ALLAH" serunya, "Bukankah itu Amirul Mukminin?!". 
Ya, lelaki tinggi besar itu adalah 'Umar ibn Khattab.

"Ya Amirul Mukminin!" Utsman berteriak sekuat tenaga dari pintu dangaunya,
"Apa yang kau lakukan tengah angin ganas ini? Masuklah kemari". 
Dinding dangau di samping Utsman bergerak keras diterpa angin.

"Seekor unta zakat terpisah dan lepas dari kawannnya. Aku takut ALLAH akan menanyakannya padaku. Aku harus menangkapnya kembali. 
Masuklah engkau hai 'Utsman!" 'Umar berteriak dari kejauhan. Suaranya menggema.

"Masuklah kemari!" seru 'Utsman,"Aku akan menyuruh seorang pembantuku menangkapnya untukmu!". "Tidak! Masuklah, hai 'Utsman! Masuklah!"
"Demi ALLAH, hai Amirul Mukminin, kemarilah, Insya ALLAH unta itu akan kita dapatkan kembali." "Tidak ini tanggung jawabku. Masuklah, hai 'Utsman, badai pasirnya mengganas!"
Angin makin kencang membawa butiran pasir membara. 'Utsman pun masuk dan menutup pintu. Dia bersandar dibaliknya dan bergumam,"Demi ALLAH, benarlah Dia dan juga Rasul-Nya. engkau memang bagaikan Musa. Seorang yang kuat lagi terpercaya."

'Umar memang bukan 'Utsman dan juga sebaliknya. 
Mereka berbeda  dan masing-masing menjadi unik dengan karakter khas yg dimiliki. 
Seorang jagoan yang biasa bergulat di pasar Ukazh, yang tumbuh besar di tengah bani Makhzum nan keras dan bani Adi nan jantan kini telah menjadi pemimpin orang-orang mukmin. Maka sifat-sifat itu - keras, tegas, jantan, bertanggung jawab dan ringan tangan turun gelanggang - dibawa 'Umar untuk menjadi buah bibir kepemimpinannya hingga hari ini.

'Utsman, lelaki pemalu, datang dari keluarga bani 'Umayyah yang kaya raya dan terbiasa hidup nyaman. Umar tahu itu. Maka tak dimintanya 'Utsman ikut turun ke sengatan mentari bersamanya mengejar unta zakat yang melarikana diri. Itu bukan kebiasaan 'Utsman. Kedermawanlah yang menjadi jiwanya. Andai jadi dia menyuruh seorang sahayanya mengejar unta zakat itu; sang budak pasti dibebaskannya karena ALLAH dan dibekalinya bertimbun dinar jika berhasil membawa sang unta pulang.

Mereka berbeda ...

Bagaimanapun juga, Anas ibn Malik bersaksi bahwa 'Utsman berusaha keras meneladani sebagian perilaku mulia 'Umar sejauh jangkauan dirinya. Hidup sederhana ketika menjabat misalnya. "Suatu hari aku melihat 'Utsman berkhutbah di mimbar Nabi ShalALLAHU 'Alaihi wa Sallam," kata Anas,"kuhitung tambalan di surban dan jubahnya dan kutemukan tak kurang dari tiga puluh dua jahitan.

--------

Dalam Dekapan ukhuwah, kita punya ukuran-ukuran yang tak serupa. 
Kita memiliki latar belakang yang berlainan. Maka tindak utama yang harus kita punya adalah; jangan mengukur orang dengan baju kita sendiri, atau baju milik tokoh lain lagi. 

Dalam dekapan ukhuwah setiap manusia tetaplah dirinya. 
Tak ada yang berhak memaksa sesamanya untuk menjadi sesiapa yang ada dalam angannya.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat tulus pada saudara yang sedang diberi amanah memimpin umat. Tetapi jangan membebani dengan cara membandingkan dia terus-menerus kepada 'Umar ibn 'Abdul 'Aziz.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat pada saudara yang tengah diamanahi kekayaan. Tetapi jangan membebaninya dengan cara menyebu-nyebut selalu kisah berinfaqnya 'Abdurrahman bin 'Auf.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat saudara yang dianugerahi ilmu. 
Tapi jangan membuatnya merasa berat dengan menuntutnya agar menjadi Zaid ibn Tsabit yang menguasai bahawa Ibrani dalam empat belas hari.

Sungguh tidak bijak menuntut seseorang untuk menjadi orang lain di zaman yang sama, apalagi menggugatnya agar tepat seperti tokoh lain pada masa yang berbeda. 
'Ali ibn Abi Thalib yang pernah diperlakukan begitu, punya jawaban yang telak dan lucu.
"Dulu di zaman khalifah Abu Bakar dan 'Umar" kata lelaki kepada 'Ali, 
"Keadaannya begitu tentram, damai dan penuh berkah. 
Mengapa di masa kekhalifahanmu, hai Amirul Mukminin, keadaanya begini kacau dan rusak?".

"Sebab," kata 'Ali sambil tersenyum,
"Pada zaman Abu Bakar dan 'Umar, rakyatnya seperti aku. 
Adapun di zamanku ini, rakyatnya seperti kamu!"

Dalam dekapan ukhuwah, segala kecemerlangan generasi Salaf memang ada untuk kita teladani. Tetapi caranya bukan menuntut orang lain berperilaku seperti halnya Abu Bakar, 'Umar, "Utsman atau 'Ali. 

Sebagaimana Nabi tidak meminta Sa'd ibn Abi Waqqash melakukan peran Abu Bakar, fahamilah dalam-dalam tiap pribadi.
Selebihnya jadikanlah diri kita sebagai orang paling berhak meneladani mereka. 
Tuntutlah diri untuk berperilaku sebagaimana para salafush shalih 
dan sesudah itu tak perlu sakit hati jika kawan-kawan lain tak mengikuti. 

Sebab teladan yang masih menuntut sesama untuk juga menjadi teladan, 
akan kehilangan makna keteladanan itu sendiri. 
Maka jadilah kita teladan yang sunyi dalam dekapan ukhuwah. 

Ialah teladan yang memahami bahwa masing-masing hati memiliki kecenderungannya, masing-masing badan memiliki pakaiannya dan masing-masing kaki mempunyai sepatunya. Teladan yang tak bersyarat dan sunyi akan membawa damai. Dalam damai pula keteladannya akan menjadi ikutan sepanjang masa.

-----

Selanjutnya, kita harus belajar untuk menerima 
bahwa sudut pandang orang lain adalah juga sudut pandang yang absah. 
Sebagai sesama mukmin, perbedaan dalam hal-hal bukan asasi 
tak lagi terpisah sebagai "haq" dan "bathil". 
Istilah yang tepat adalah "shawab" dan "khatha".

Tempaan pengalaman yang tak serupa 
akan membuatnaya lebih berlainan lagi antara satu dengan yang lain.

Seyakin-yakinnya kita dengan apa yang kita pahami, 
itu tidak seharusnya membuat kita terbutakan dari kebenaran yang lebih bercahaya. 

Imam Asy Syafi'i pernah menyatakan hal ini dengan indah. 
"Pendapatku ini benar," ujar beliau,"Tetapi mungkin mengandung kesalahan. 
Adapun pendapat orang lain itu salah, namun bisa jadi mengandung kebenaran."

Wallahu'alam bishshowwab. Al haqu mirrabbik.

"Karena Ukuran Kita Tak Sama" oleh Salim A Fillah

Bismillahirrahmanirrahim

Tulisan karya Salim A Fillah ini 
bagus sekali...
dan saya share disini agar bisa tersebar luas pelajaran dan hikmah yang terkandung didalamnya


Tulisan berikut disadur dari buku "Dalam Dekapan Ukhuwah" karya Salim A Fillah
yang saya dapat dari postingan seorang teman di yahoogroups kampus.

Semoga bermanfaat...

*******

Karena Ukuran Kita Tak Sama
oleh Salim A Fillah

seperti sepatu yang kita pakai, tiap kaki memiliki ukurannya
memaksakan tapal kecil untuk telapak besar akan menyakiti
memaksakan sepatu besar untuk tapal kecil merepotkan
kaki-kaki yang nyaman dalam seepatunya akan berbaris rapi-rapi

Seorang lelaki tinggi besar berlari-lari di tengah padang. 
Siang itu, mentari seolah didekatkan hingga tinggal sejengkal. 
Pasir membara, reranting menyala dan tiupan angin yang  keras dan panas. 
Dan lelaki itu masih berlari-lari, menutupi wajah dari pasir yang beterbangan dengan surbannya, mengejar dan menggiring anak unta.

Di padang gembalaan dekatnya berdiri sebuah dangau pribadi berjendela. 
Sang pemilik,'Utsman ibn 'Affan, sedang beristirahat sambil dengan menyanding air sejuk dan buah-buahan. Ketika melihat lelaki itu dan mengenalnya 
"Masya ALLAH" serunya, "Bukankah itu Amirul Mukminin?!". 
Ya, lelaki tinggi besar itu adalah 'Umar ibn Khattab.

"Ya Amirul Mukminin!" Utsman berteriak sekuat tenaga dari pintu dangaunya,
"Apa yang kau lakukan tengah angin ganas ini? Masuklah kemari". 
Dinding dangau di samping Utsman bergerak keras diterpa angin.

"Seekor unta zakat terpisah dan lepas dari kawannnya. Aku takut ALLAH akan menanyakannya padaku. Aku harus menangkapnya kembali. 
Masuklah engkau hai 'Utsman!" 'Umar berteriak dari kejauhan. Suaranya menggema.

"Masuklah kemari!" seru 'Utsman,"Aku akan menyuruh seorang pembantuku menangkapnya untukmu!". "Tidak! Masuklah, hai 'Utsman! Masuklah!"
"Demi ALLAH, hai Amirul Mukminin, kemarilah, Insya ALLAH unta itu akan kita dapatkan kembali." "Tidak ini tanggung jawabku. Masuklah, hai 'Utsman, badai pasirnya mengganas!"
Angin makin kencang membawa butiran pasir membara. 'Utsman pun masuk dan menutup pintu. Dia bersandar dibaliknya dan bergumam,"Demi ALLAH, benarlah Dia dan juga Rasul-Nya. engkau memang bagaikan Musa. Seorang yang kuat lagi terpercaya."

'Umar memang bukan 'Utsman dan juga sebaliknya. 
Mereka berbeda  dan masing-masing menjadi unik dengan karakter khas yg dimiliki. 
Seorang jagoan yang biasa bergulat di pasar Ukazh, yang tumbuh besar di tengah bani Makhzum nan keras dan bani Adi nan jantan kini telah menjadi pemimpin orang-orang mukmin. Maka sifat-sifat itu - keras, tegas, jantan, bertanggung jawab dan ringan tangan turun gelanggang - dibawa 'Umar untuk menjadi buah bibir kepemimpinannya hingga hari ini.

'Utsman, lelaki pemalu, datang dari keluarga bani 'Umayyah yang kaya raya dan terbiasa hidup nyaman. Umar tahu itu. Maka tak dimintanya 'Utsman ikut turun ke sengatan mentari bersamanya mengejar unta zakat yang melarikana diri. Itu bukan kebiasaan 'Utsman. Kedermawanlah yang menjadi jiwanya. Andai jadi dia menyuruh seorang sahayanya mengejar unta zakat itu; sang budak pasti dibebaskannya karena ALLAH dan dibekalinya bertimbun dinar jika berhasil membawa sang unta pulang.

Mereka berbeda ...

Bagaimanapun juga, Anas ibn Malik bersaksi bahwa 'Utsman berusaha keras meneladani sebagian perilaku mulia 'Umar sejauh jangkauan dirinya. Hidup sederhana ketika menjabat misalnya. "Suatu hari aku melihat 'Utsman berkhutbah di mimbar Nabi ShalALLAHU 'Alaihi wa Sallam," kata Anas,"kuhitung tambalan di surban dan jubahnya dan kutemukan tak kurang dari tiga puluh dua jahitan.

--------

Dalam Dekapan ukhuwah, kita punya ukuran-ukuran yang tak serupa. 
Kita memiliki latar belakang yang berlainan. Maka tindak utama yang harus kita punya adalah; jangan mengukur orang dengan baju kita sendiri, atau baju milik tokoh lain lagi. 

Dalam dekapan ukhuwah setiap manusia tetaplah dirinya. 
Tak ada yang berhak memaksa sesamanya untuk menjadi sesiapa yang ada dalam angannya.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat tulus pada saudara yang sedang diberi amanah memimpin umat. Tetapi jangan membebani dengan cara membandingkan dia terus-menerus kepada 'Umar ibn 'Abdul 'Aziz.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat pada saudara yang tengah diamanahi kekayaan. Tetapi jangan membebaninya dengan cara menyebu-nyebut selalu kisah berinfaqnya 'Abdurrahman bin 'Auf.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat saudara yang dianugerahi ilmu. 
Tapi jangan membuatnya merasa berat dengan menuntutnya agar menjadi Zaid ibn Tsabit yang menguasai bahawa Ibrani dalam empat belas hari.

Sungguh tidak bijak menuntut seseorang untuk menjadi orang lain di zaman yang sama, apalagi menggugatnya agar tepat seperti tokoh lain pada masa yang berbeda. 
'Ali ibn Abi Thalib yang pernah diperlakukan begitu, punya jawaban yang telak dan lucu.
"Dulu di zaman khalifah Abu Bakar dan 'Umar" kata lelaki kepada 'Ali, 
"Keadaannya begitu tentram, damai dan penuh berkah. 
Mengapa di masa kekhalifahanmu, hai Amirul Mukminin, keadaanya begini kacau dan rusak?".

"Sebab," kata 'Ali sambil tersenyum,
"Pada zaman Abu Bakar dan 'Umar, rakyatnya seperti aku. 
Adapun di zamanku ini, rakyatnya seperti kamu!"

Dalam dekapan ukhuwah, segala kecemerlangan generasi Salaf memang ada untuk kita teladani. Tetapi caranya bukan menuntut orang lain berperilaku seperti halnya Abu Bakar, 'Umar, "Utsman atau 'Ali. 

Sebagaimana Nabi tidak meminta Sa'd ibn Abi Waqqash melakukan peran Abu Bakar, fahamilah dalam-dalam tiap pribadi.
Selebihnya jadikanlah diri kita sebagai orang paling berhak meneladani mereka. 
Tuntutlah diri untuk berperilaku sebagaimana para salafush shalih 
dan sesudah itu tak perlu sakit hati jika kawan-kawan lain tak mengikuti. 

Sebab teladan yang masih menuntut sesama untuk juga menjadi teladan, 
akan kehilangan makna keteladanan itu sendiri. 
Maka jadilah kita teladan yang sunyi dalam dekapan ukhuwah. 

Ialah teladan yang memahami bahwa masing-masing hati memiliki kecenderungannya, masing-masing badan memiliki pakaiannya dan masing-masing kaki mempunyai sepatunya. Teladan yang tak bersyarat dan sunyi akan membawa damai. Dalam damai pula keteladannya akan menjadi ikutan sepanjang masa.

-----

Selanjutnya, kita harus belajar untuk menerima 
bahwa sudut pandang orang lain adalah juga sudut pandang yang absah. 
Sebagai sesama mukmin, perbedaan dalam hal-hal bukan asasi 
tak lagi terpisah sebagai "haq" dan "bathil". 
Istilah yang tepat adalah "shawab" dan "khatha".

Tempaan pengalaman yang tak serupa 
akan membuatnaya lebih berlainan lagi antara satu dengan yang lain.

Seyakin-yakinnya kita dengan apa yang kita pahami, 
itu tidak seharusnya membuat kita terbutakan dari kebenaran yang lebih bercahaya. 

Imam Asy Syafi'i pernah menyatakan hal ini dengan indah. 
"Pendapatku ini benar," ujar beliau,"Tetapi mungkin mengandung kesalahan. 
Adapun pendapat orang lain itu salah, namun bisa jadi mengandung kebenaran."

Wallahu'alam bishshowwab. Al haqu mirrabbik.

Minggu, 03 Juli 2011

Analogi Marah 2: Singa dan Tangan Halus


Bismillahirrahmanirrahim

Hari ini Bunda mau cerita random lagi tentang adik Safa yg sdh bisa nunjukin ketidaksukaannya dan protes kalau Bunda marah.

Bunda ga tau deh ada ga ya Ibu di dunia ini yang bisa sabar banget sampai ga pernah marah sama anaknya :) kalau ada, kepingin belajar, karena susah banget ya untuk ga marah ke anak, apalagi kalau lagi kumat "iseng"nya si anak:D

Ada dua episode cerita Bunda tentang protes Safa:

Episode Cerita 1:

Ceritanya, Bunda, Eisha, dan Safa lagi menggambar tentang hewan-hewan pakai krayon warna-warni.
Sambil menggambar, Eisha Safa menganalogikan dirinya dengan hewan kesukaannya

Safa pun berkata menyimpulkan analoginya sbg berikut:
"Kalau Kak Eisha seperti kucing yang pintar"
"Kalau aku seperti kelinci yang lucuu"

Bunda ikutan penasaran, mau ikutan ceritanya.
"Kalau Bunda seperti apa, Safa?"

Eh Safa jawab:
"Hmmmm Kalau Bunda seperti Singaaa,
Karena Bunda suka marah-marah ke Safa"

Loooooooohhhh, kok Singa sih???? :P

Huehehehe...Safa nih begitu yaa ke Bunda hiks hiks :D

*********


Episode cerita 2:

Beberapa waktu lalu, waktu sedang santai, Safa yang hobi banget duduk di pangkuannya ayah, elus-elus tangan ayah dengan rasa sayang, sambil omong begini:
"Tangan ayah haluuuuus deeeh"

Bunda yang denger perkataan Safa,
Tanya dong ke Safa:
"Kalau tangan Bunda, halus juga ga Safa??"

Eh malah Safa jawab begini:
"Hmm kalau tangan bunda ga halus,
Soalnya Bunda suka marah ke Safa."

*Laaaahh apa hubungannya marah sama tangan ga halus, hihihi* :D :D


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 01 Juli 2011

Syirik dan Game


Bismillahirrahmanirrahim

Setelah berbulan-bulan meninggalkan MP,
mari kembali pulang kampung ke MP
Mari blogging kembali di MP :)
sesuai kampanye MP Indonesia :D

Kali ini Bunda mau cerita random saja
Tentang celotehan Eisha dan Safa:

Beberapa waktu lalu...
Dalam perjalanan ke rumah nenek di Depok, 
Eisha menyetel aplikasi doa2
Yang ada di handphone Ayah

Waktu itu Eisha menyetel doa berlindung dari syirik
Eisha tanya ke Bunda,
"Bunda, apa itu syirik"
"Kenapa kita berlindung dari syirik"

Jawab Bunda: "Syirik itu artinya kita menyembah selain Allah"
"Perbuatan Syirik termasuk dosa besar, yang sangat tidak disuka Allah."


 


Kata Eisha: "seperti menyembah patung itu ya?"
Jawab Bunda: "iya, menyembah patung atau pohon itu salah satu perbuatan syirik"

Ceritanya Bunda mau memperdalam bahasan nih, dan mau "nyentil" Eisha yang game mania.

Jadi Bunda tambahkan penjelasannya begini: "Termasuk syirik juga kalo kita main game terus, sampai ga kenal waktu, sampai ninggalin shalat"

Kata Eisha: "oh gitu ya"

Bunda menegaskan: "iya, itu termasuk syirik, menyembah game namanya"

Eh adik Safa tiba-tiba nyeletuk:
"Hahaha lucu, masak menyembah game" "masak game disembah sih Bunda" (adik Safa ketawa ngakak)

Yaaaaaaahhh Safa, dia malah ketawa,
kan wejangan Bunda ga jadi serius deeeh :D



*Keterangan foto: adik Safa saat kena cacar air
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 20 Mei 2011

Seseorang yang mengabaikan kewajiban yang telah ditentukan Allah, jangan berharap haknya disegerakan. quote dari ustazah Yoyoh Yusroh, semoga Allah merahmatinya..|via fb Rini Bustami

Analogi Bunda Marah


Bismillahirrahmanirrahim

Sudah lama sekali Bunda tidak menulis di mp, kangen juga ya...

Karena sdh lama ga ke mp, jadinya beberapa cerita tentang anak-anak yang mau dicatat hilang tak berbekas, hiks, soalnya tidak sempat ditulis ya, dan jadi lupa....

Kali ini Bunda mau cerita tentang Safa (lagi) :)

Safa yang sudah besar sekarang sudah bisa beranalogi, mengkait-kainkan sesuatu (pengalamannya) dengan obyek atau perumpamaan yang lain,
terutamaaa ketika Bundanya MARAH :P

Seperti beberapa hari yang lalu,
Bunda tegur Safa karena Safa suka gigiti dan emut jari jempolnya.

Bunda jg ga ngerti kenapa Safa tiba2 suka sekali isap jari jempolnya :(

Dan karena Safa mengulangi hal ini berulang kali, jadi Bundanya jg tegur juga berulang lagi, sampai jengkel. Huhu

Safa berasa Bundanya marah kali ya.

Safa lalu mengambil kertas putih HVS,
Kemudian mencorat-coretnya dengan krayon

Tak berapa lama, Safa tunjukkan kertasnya ke Bunda.
Kata Safa, "Bunda ini gambar Safa buat Bunda"
Kata Bunda sambil buka gulungan kertas yg dikasih Safa: "Ini gambar apa?"

Kata Safa: "Ini gambar ikan lagi sedih"
Bunda lihat di kertas, tergambar ikan dengan lengkungan bibir ke bawah, seperti sedang sedih

Kata Safa: "Ini Safa gambar ikan yang sedang sedih, kaya Safa yang lagi sedih, karena Bunda marah sama Safa"

Waaaaaahh, Safa.........
*ga mikir apa-apa lagi langsung deh Bunda peluk Safa sayaang huhu*
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 17 Mei 2011

Invitation to connect on LinkedIn









LinkedIn






I'd like to add you to my professional network on LinkedIn.



- Sri








Sri Daryanti

Lecturer at Faculty of Economics University of Indonesia


Indonesia





Confirm that you know Sri







© 2011, LinkedIn Corporation




Senin, 21 Maret 2011

Liburan si anak desa by kakek eisha

Bismillahirrahmanirrahim

Cerita ini mengalir dari kakek Eisha
sewaktu Bunda berbincang-bincang dengan kakek kemarin
tentang rencana liburan Eisha,
yang bingung mau kemana ya?
karena kalau ke mall atau kebun bintang sudah kelewat sering,
jadi Bunda khawatir anak-anak bosan...

Kakek menyambung percakapan Bunda
dengan cerita tentang liburan di masa kecilnya...

begini ceritanya...

Dulu kecil...
kakek yang masih SD juga sangat senang menyambut liburan
walaupun pelajaran zaman SD dahulu tidak sesusah pelajaran zaman sekarang
tapi liburan adalah hal yang ditunggu oleh kakek dan teman-teman sekolahnya
untuk menghilangkan kepenatan rutinitas sekolah


Bunda tanya ke kakek, memang kalau liburan kakek dulu ngapain dan kemana?
Kata kakek: ya gak ngapa-ngapain sih, juga ga kemana-mana
paling main seharian
tetep aja walau liburan, kakek harus ngangon kambing,
cari pakan ternak (sapi),  dan menimba sumur
tapi yang pasti senangnya kakek kecil lebih leluasa bangun siang
karena tidak mesti sekolah


Tapiii, kakek cerita,
Pernah juga kakek dan teman-temannya berlibur ke daerah Tawang Mangu
tawang Mangu adalah daerah yang pemandangannya sangat indah di Jawa tengah
disana Pak Soekarno juga membangun salah satu rumah istananya
yang halamannya dipenuhi jeruk keprok yang manisss sekali rasanya kata kakek

Dulu, kakek bersama teman-temannya sekolah
sekitar sepuluh orang anak pergi bersama-sama ke tawang Mangu
Nah kalau mau liburan begini, mereka tidak bisa langsung pergi liburan
atau merengek kepada orang tua minta liburan
tidak seperti anak-nak sekarang :)
mereka yakin bin mahfum kalau orang tua mereka
tidak bisa diminta untuk hal yang satu ini

mereka sampai membuat rencana
rencana liburannya
dari rute yang akan dilewati, berangkat jam berapa, pulang jam berapa,
sampai makanan yang akan dibeli disana itu sudah diatur

kata kakek zaman dulu tidak ada angkutan umum, apalagi untuk untuk tamsaya
jadi kalau mau pergi liburan agak jauh harus ditempuh dengan berjalan kaki
kasihan ya....

dan yang membuat Bunda terenyuh dengar cerita kakek adalah:
jajanan yang dibeli disana juga tidak bisa semaunya,
karena mereka tidak punya uang banyak
jadi harus berhemat
kata kakek, biasanya uang jajajn cuma dijatah unttuk membeli satu kerat getuk dan teh tubruk di Tawangmangu sana, tidak boleh yang macam-macam
karena tidak ada uang

Desa kakek terletak di Jatisrono Wonogiri
untuk mencapai Twamangu
mereka harus melewati daerah Saranngan
yang kontur tanahnya bukit berbukit, tunrun dan menanjak
bahkan ada tanjakan yang mencapai kemiringan 45 derajat
subhanallah bukan?

Kakek kecil dan teman-temannya dulu  tidak seperti anak sekarang...
yang cukup mudah kalau mau liburan
bersama-sama degan anak-anak desa lainnya
mereka membuat rencana waktu berangkat
Mereka memutuskan berangkat jam 12 tengah malam
Masya Allah bisa dibayangkan ya?
berangkat liburan di tengah malam
sambil membawa obor
kenapa musti tengah malam?
karena waktu malam, hawanya tidak panas untuk berjalan kaki sejauh itu, sehingga mereka bisa menghemat energi

Perjalanan Jatisrono-Tawangmangu 
memakan sekitar enam perjalanan berjalan kaki
jadi mereka berangkat malam-malam jam 12 malam untuk sampai
dawerah Tawangmangu jam 6 paginya
Subhanallah ya
mereka beriringan berjalan kaki enam jam
di malam gelap gulita
hanya sekedar untuk berlibur
ke tempat yang indah

Kata kakek
selain waktu mereka juga merencanakan membawa bekal
agar saat berangkat dan pulang mereka cukup punya tenaga
duh kakek kasihan sekali Bunda dengar ceritanya

Nah kata kakek setelah menempuh perjalanan 6 jaman,
mereka tiba di Tawangmangu
untuk melihat pemandangan paling indah di Jawa tengah
mandi-mandi di pemandian
dan bersenang-senang seharian
nah ketika matahari terbenam, barulah mereka pulang
alasan ditetapkan nya waktu pulang ini sama dengan alasan mereka meetapkan waktu berangkat
agar tidak panas hawanya

subhanallah

pernah juga kakek cerita, terkadang orang desa menyewa truk angkut
untuk memmbawa mereka ke kota
untuk libur dan melihat-lihat

kakek kecil dulu senang sekali
dan juga berniat ikut mobil truk angkutan
kata kakek, kakek bangun pagi-pagi untuk memotong bambu
dan menjualnya di pasar
uangnya untuk sangu (bekal) nanti kalau jadi jalan-jalan kekota
satu bambu kakek waktu itu dihargai 60 rupiah
karena kata kakek, bambu kakek besar kokoh dan panjang

kakek kecil menjual dua buah bambu besar ke pasar
ia tidak kuat mengangkut dua bambu sekaligus
jadi bolak balik pasar untuk menjual dua bambunya

kata kakek, bambu yang dijualnya selalu jadi rebutan
oleh pembeli di pasar
karena besar dan bagusnya
jadi kalau diujung jalan sudah kelihatan ujung bambu yang dibawabya
orang-orang sdh berlarian menghampirinya untyuk membeli bambunya
subhanallah ya

tapiii
kata kakek, karena jarak pasar agak jauh
kakek pulang ke rumah siang sekali menjelang sore
dan kata kakek dia tertinggal trunk angkutan
yang telah mengangkat orang-oerang ke kota untuk berpelancong
kakek datang terlalu sore hiks
kata kakek, hati kakek waktu itu sedddiiiiih sejkali
sakit sekali dihati katanya
sedih karena pun tidak bisa menyusul truk yang sudah mengangkut teman-temannya
bagaimana harus menyusul????

duh kakek
cerita liburanmu bersahaja sekali ya
subhanallah
semestinya kita sekarang bisa lebih bersyukur
banyak diberi kemudahan
bahkan untuk liburan yaa...

*insya Allah, cerita ini akan Bunda ceritakan kembali ke Eisha dan Safa,
betapa sederhananya liburan kakek mereka*

Selasa, 08 Maret 2011

mainan yang boleh dikembalikan

Bismillahirrahmanirrahim

Sore ini Bunda mau tulis cerita tentang adik Safa
Adik Safa yang lucu.
Ceritanya datang dari Ammah peni, adik Bunda
Ammah Peni cerita tentang Safa,
katanya Safa sudah pintar sekali menjawab
dan menjawab dengan berfikir:

Ceritanya begini:
kemarin Safa dibelikan mainan masak-masakan oleh nenek
di abang penjual mainan keliling

nah mainan ini adalah mainan masak-masakan
yang dibelikan oleh nenek untuk yang kesekian kalinya
maklum, nenek yang sayang banget sama cucu hehe
ga kayak Bundanya mikir dulu kalo mau belikan mainan lebih dari dua kali :P

Nah Ammah peni yang melihat mainan yang sama
bilang begini ke Safa: "Safa kok beli mainan masak-masakan lagi"
jawab Safa: "iya, ini dibelikan sama nenek"
kata Ammah menyahut: "Loh kan safa sudah pernah punya mainan masak-masakan"
jawab Safa: "iya, tapi ini nenek yang belikan mainannya"
kata Ammah: "Safa kan sudah punya, mubazir, mainannya dikembalikan saja ya ke abangnya" *ini maksudnya Ammah mau iseng ke Safa hehe*
tanya Ammah: "safa, boleh ga mainannya dikembalikan ke abangnya"

nah Safa jawabnya: "boleh, tapi kan Abangnya sudah pergiii,"
hehehehe Safa jawab dengan baiknya

Ammah peni gau mau kalah: "gapapa, nanti Ammah kejar abangnya pake sepeda. Tapi mainannya boleh dikembalikan kan?" Ammah ngetes lagi...

Jawab Safa: "boleh, boleh, tapi kan abangnya sudah pergi
sudah pergiii jauuuuhh sekaliii,
Ammah pasti ga bisa ngejaar deh" *Safa ngeles;P*

hehehe safa, benerrrr...abangnya sudah jauuuh,
jadi mainannya ga mungkin ya dikembalikan..
mendingan dimainin sama safa jatuhnya ga mubazir juga kan ya

Minggu, 06 Maret 2011

BUNG HATTA DAN SEPATU BALLY

Bismillahirrahmanirrahim

Isi postingan kali ini hanya meneruskan share seorang teman di grup BBM
Isinya sangat inspiratif dan mengena (terutama bagi saya)
saya reshare disini ya,
hingga bisa saya lihat lagi ketika hati mulai tergoda akan duniawi..

kisah ini juga bisa dilihat di link berikut:
http://www.lintasberita.com/Lifestyle/Pendidikan/kisah-bung-hatta-dan-sepatu-bally-yang-patut-kita-teladani

BUNG HATTA DAN SEPATU BALLY

Pada tahun 1950-an,
Bally adalah sebuah merek sepatu yang bermutu tinggi dan tidak murah.
Bung Hatta, Wakil Presiden pertama RI, berminat pada sepatu itu.
Ia kemudian menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya,
lalu berusaha menabung agar bisa membeli sepatu idaman tersebut.

Namun, uang tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi
karena selalu terambil untuk keperluan rumah tangga
atau untuk membantu kerabat dan handai taulan yang datang untuk meminta pertolongan.

Hingga akhir hayatnya,
sepatu Bally idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli
karena tabungannya tak pernah mencukupi.

Yang sangat mengharukan dari cerita ini,
guntingan iklan sepatu Bally itu hingga Bung Hatta wafat
masih tersimpan dan menjadi saksi keinginan sederhana dari seorang Hatta.

Pada hal, jika ingin memanfaatkan posisinya waktu itu,
sangatlah mudah bagi beliau untuk memperoleh sepatu Bally.
Misalnya, dengan meminta tolong para duta besar atau pengusaha yang menjadi kenalan Bung Hatta.

Namun, di sinilah letak keistimewaan Bung Hatta.
Ia tidak mau meminta sesuatu untuk kepentingan sendiri dari orang lain.
Bung Hatta memilih jalan sukar dan lama,
yang ternyata gagal karena ia lebih mendahulukan orang lain
daripada kepentingannya sendiri.

Pendeknya, itulah keteladanan Bung Hatta,
apalagi di tengah carut-marut zaman ini.
Bung Hatta meninggalkan teladan besar,
yaitu sikap mendahulukan orang lain,
sikap menahan diri dari meminta hibah,
bersahaja, dan membatasi konsumsi pada kemampuan yang ada.

Kalau belum mampu, harus berdisiplin
dengan tidak berutang atau bergantung pada orang lain.

Seandainya bangsa Indonesia dapat meneladani
karakter mulia proklamator kemerdekaan ini,
seandainya para pemimpin tidak maling,
tidak mungkin bangsa dengan sumber alam yang melimpah ini
menjadi bangsa terbelakang, melarat, dan nista
karena tradisi berutang dan meminta sedekah dari orang asing.
Attachment: bung hatta.jpg

Selasa, 01 Maret 2011

Menguras Bak Mandi oleh Prie GS

Bismillahirrahmanirrahim

Tulisan ini saya baca di note fb teman saya: Sri Rahayu Hijrahhati. Tulisan yang bagus untuk mengingatkan kita beratnya tugas ibu RT atau PRT/ART yang membantu ibu ibu..

MENGURAS BAK MANDI
Oleh PRIE GS
 
Menguras bak mandi bukan soal asing bagi saya bahkan hingga di hari ini. Alasan utamanya bukan karena saya menyukai pekerjaan ini, melainkan karena tidak ada pembantu di rumah kami.
Tetapi ketika saya mulai asyik dengan pekerjaan sendiri, banyak sekali pekerjaan rumah tangga diambil alih istri. Begitu banyak rupanya item pekerjaan itu yang celakanya tak semuanya mudah diidentifikasi. Jenisnya tak pernah jelas tetapi kelelahannya demikian tegas.
 
Itulah kenapa istri bisa amat terpukul jika pekerjaannya tidak diapresiasi. Tidak dianggap mengerjakan apa-apa cuma karena hasilnya tidak kelihatan dan suasana rumah tampak miskin perubahan.
 
Tak banyak berubah. Padahal baru saya sadari, apa yang dikerjakan istri itu memang soal-soal yang begitu banyak daftarnya tetapi hampir seluruhnya adalah jenis pekerjaan sunyi. Itulah jenis pekerjaan yang memang tidak berujung karena selalu sambung menyambung.
 
Saya sendiri tak sekali mengerjakan tugas seperti ini. Hasilnya saya bisa kerenggosan kelelahan dan berhenti di tengah jalan karena jumlah pekerjaan baru itu bisa bermunculan sebanyak pohon di hutan. Rampung ini muncul itu. Semula saya hanya ingin merapikan tumpukan buku. Tetapi belum rampung buku itu rapi, ternyata di sana juga ada mainan anak, ada kertas makalah, ada ini, ada itu, ada anu, yang semuanya butuh dikembalikan, dirapikan dan ditata ulang.
 
Setelah satu sudut rapi, sudut yang lain jadi terlihat brengsek. Tiba-tiba saya melihat terlalu banyak pakaian kotor, pakaian setengah kotor yang keduanya harus disendirikan tetapi tak cukup ruang.
 
Persoalan yang satu menimbulkan persoalan berikutnya karena baru terasa betapa banyak tindakan indispliner di sana-sini. Ada yang gemar menaruh ganti sembarangan, ada kaos kaki yang kemarin begitu sulit dicari ternyata cuma menggeletak di sini. Ada handuk yang digantung begitu saja padahal bukan di situ tempat semestinya.
 
Rampung menata yang satu mata ini sudah melotot lagi pada aneka VCD yang banyak beserak dan sudah sekian lama tak dikelompokkan menurut aturan. Begitu banyak pelanggaran terjadi yang membuat saya marah tidak cuma kepada anak-anak, tetapi juga kepada diri sendiri. Karena di antara pelanggar itu ternyata juga saya sendiri.
 
Pokoknya, ke manapun mata memandang, saya cuma melihat begitu banyak kekacauaan di sekujur ruang. Inilah derita yang muncul di setiap saya mengerjakan pekerjaan rumah dan itulah derita yang selama ini pasti diderita istri, termasuk ketika harus menguras bak mandi.
 
Demikian lama saya hanya mandi tanpa pernah lagi menguras bak mandi, berarti demikian lama sudah istri menderita kesengsaraan ini. Karenanya, tak sekali saya melihat ia begitu lelah, walau lewat pengakuannya sendiri, ia lelah untuk sebuah pekerjaan bernama entah. Pekerjaan yang ia sebut sebagai melelahkan tetapi tidak kelihatan.
 
Maka ketika suatu kali ia tampak pucat kelelahan padahal saya tahu ia masih harus menguras bak mandi, entah ilham kebaikan apa yang masuk di kepala, saya memutuskan mendahului. Saya bersihkan kamar mandi itu habis-habisan, saya kucurkan airnya yang bersih hingga berlimpahan.
 
Saya bayangkan, ini bukan sekedar kegiatan menguras bak, ini adalah persiapan membuat persembahan perkawinan. Akan saya buktikan bahwa hadiah perkawinan adalah sesuatu yang amat murah dan jika mau setiap hari bisa saya berikan.
(Prie GS/bnol)

Jumat, 18 Februari 2011

SAYA ANTI DEMOKRASI oleh Emha Ainun Najib

Bismillahirrahmanirrahim

Tulisan yang sangat mengena dan bagus (bagi saya) dari Emha Ainun Nadjib

Sumber : Buku
Emha http://www.goodreads.com/book/show/1380373.Iblis_Nusantara_Dajjal_Dunia

Tulisan Emha saya copas disini untuk dishare kepada teman-teman saya yg punya kebersihan hati...

SAYA ANTI DEMOKRASI

oleh: Emha Ainun Najib
 
Kalau ada bentrok antara Ustadz dengan Pastur, pihak Depag, Polsek, dan Danramil, harus menyalahkan Ustadz, sebab kalau tidak itu namanya diktator mayoritas.  Mentang-mentang Ummat Islam mayoritas, asalkan yang mayoritas bukan yang selain  Islam - harus mengalah dan wajib kalah. Kalau mayoritas kalah, itu memang sudah seharusnya, asalkan mayoritasnya Islam dan minoritasnya Kristen. Tapi kalau mayoritasnya Kristen dan minoritasnya Islam, Islam yang harus kalah. Baru wajar
namanya.
 
Kalau Khadhafi kurang ajar, yang salah adalah Islam. Kalau Palestina
banyak teroris, yang salah adalah Islam. Kalau Saddam Hussein nranyak, yang salah adalah Islam. Tapi kalau Belanda menjajah Indonesia 350 tahun, yang salah bukan Kristen. Kalau amerika Serikat jumawa dan adigang adigung adiguna kepada rakyat Irak, yang salah bukan Kristen. Bahkan sesudah ribuan bom dihujankan di seantero Bagdad, Amerika Serikatlah pemegang sertifikat kebenaran, sementara yang salah pasti adalah Islam.
 
"Agama" yang paling benar adalah demokrasi. Anti demokrasi sama dengan setan dan iblis. Cara mengukur siapa dan bagaiman yang pro dan yang kontra demokrasi, ditentukan pasti bukan oleh orang Islam. Golongan Islam mendapat jatah menjadi pihak yang diplonco dan dites terus menerus oleh subyektivisme kaum non-Islam.
 
Kaum Muslimin diwajibkan menjadi penganut demokrasi agar diakui oleh peradaban dunia. Dan untuk mempelajari demokrasi, mereka dilarang membaca kelakuan kecurangan informasi jaringan media massaBarat atas kesunyatan Islam.
 
Orang-orang non-Muslim, terutama kaum Kristiani dunia, mendapatkan
previlese dari Tuhan untuk mempelajari Islam tidak dengan membaca Al-Quran dan menghayati Sunnah Rasulullah Muhammad SAW, melainkan dengan menilai dari sudut pandang mereka.
 
Maka kalau penghuni peradaban global dunia bersikap anti-Islam tanpa
melalui apresiasi terhadap Qur'an, saya juga akan siap menyatakan diri
sebagai anti-demokrasi karena saya jembek dan muak terhadap kelakuan Amerika Serikat di berbagai belahan dunia. Dan dari sudut itulah demokrasi saya nilai, sebagaimana dari sudut yang semacam juga menilai Islam.
 
Di Yogya teman-teman musik Kiai Kanjeng membuat nomer-nomer musik, yang karena bersentuhan dengan syair-syair saya, maka merekapun memasuki wilayah musikal Ummi Kaltsum, penyanyi legendaris Mesir. Musik Kiai Kanjeng mengandung unsur Arab, campur Jawa, jazz Negro dan entah apa lagi. Seorang teman menyapa: "Banyak nuansa Arabnya ya? Mbok lain kali bikin yang etnis 'gitu..."
 
Lho kok Arab bukan etnis?
Bukan. Nada-nada arab bukan etnis, melainkan nada Islam. Nada Arab tak diakui sebagai warga etno-musik, karena ia indikatif Islam. Sama-sama kolak, sama-sama sambal, sama-sama lalap, tapi kalau ia Islam-menjadi bukan kolak, bukan sambal, dan bukan lalap.
 
Kalau Sam Bimbo menyanyikan lagu puji-puji atas Rasul dengan mengambil nada Espanyola, itu primordial namanya. Kalau Gipsy King mentransfer kasidah "Yarim Wadi-sakib...", itu universal namanya. Bahasa jelasnya begini: apa saja, kalau menonjol Islamnya, pasti primordial, tidak universal, bodoh, ketinggalan jaman, tidak memenuhi kualitas estetik dan tidak bisa masuk jamaah peradaban dunia.
 
Itulah matahari baru yang kini masih semburat. Tetapi kegelapan yang ditimpakan oleh peradapan yang fasiq dan penuh dhonn kepada Islam, telah terakumulasi sedemikian parahnya. Perlakuan-perlakuan curang atas Islam telah mengendap menjadi gumpalan rasa perih di kalbu jutaan ummat Islam. Kecurangan atas Islam dan Kaum Muslimin itu bahkan diselenggarakan sendiri oleh kaum Muslimin yang mau tidak mau terjerat menjadi bagian dan pelaku dari mekanisme sistem peradaban yang dominan dan tak ada kompetitornya.
 
"Al-Islamu mahjubun bil-muslimin". Cahaya Islam ditutupi dan digelapkan
oleh orang Islam sendiri. Endapan-endapan dalam kalbu kollektif ummat Islam itu, kalau pada suatu momentum menemukan titik bocor - maka akan meledak. Pemerintah Indonesia kayaknya harus segera mervisi metoda dan strategi penanganan antar ummat beragama. Kita perlu
menyelenggarakan 'sidang pleno' yang transparan, berhati jernih dan berfikiran adil. Sebab kalau tidak, berarti kita sepakat untuk menabuh pisau dan mesiu untuk peperangan di masa depan.
 
Sumber : Buku
Emha http://www.goodreads.com/book/show/1380373.Iblis_Nusantara_Dajjal_Dunia

Kamis, 17 Februari 2011

sudah berdoa, kenapa masih macet?

Bismillahirrahmanirrahim

Pagi ini Bunda lagi-lagi mau tulis cerita tentang Eisha
bosen kali ya ceritanya tentang anak terus hehe
habis nama blognya bundaeisha,
jadi ceritanya kalo gak tentang Eisha ya tentang adiknya Eisha :P

Begini ceritanmya,
Eisha kan sudah mau tujuh tahun di Agustus tahun ini
nah ayah bilang, Eisha sdh mulai harus membiasakan shalat lima waktu
karena sudah mau tujuh tahun
kalau kemarin shalatnya kan masih belang bentong duh

Kata Eisha ke Bunda tadi pagi:
"Aku shalat shubuh deh Bunda
biar nanti Allah kabulkan doaku
supaya jalanan gak macet,
dan aku tidak terlambat ke sekolah"



doa eisha  ini mungkin di latar belakangi
oleh kondisi jalanan jakarta yang bahkan di pagi hari
kadang ga bisa ditebak kondisinya..
kapan macet dan kapan tidak
jadi perjalanan ke sekolah eisha yang kalau lancar bisa setengah jam
tapi kalau macet, hmm jangan ditanya deh :P

jadinya Eisha shalat shubuh dua rakaat tadi pagi
dan berdoa semoga jalanan pagi ini tidak macet

Tapi yah tak dianya,
ketika melewati jalan Pondok Indah menuju Lebak Bulus
macetnya kejadian lagi deh,
terus...
Eisha berbisik ke Bunda:
"sssst bunda, aku sudah berdoa
tapi kok jalanannya masih macet ya?"

hehe Eisha ku sayang,
pertanyaanmu bikin Bunda mikir
Bunda berfikir sejenak
gimana ya jawab pertanyaannya

akhirnya Bunda beri penjelasan begini:
"Ya Eisha, mungkin doa Eisha ke Allah
tidak dikabulkan di jalanan yang ga macet hari ini,
tapi Allah mengabulkan doa Eisha dalam bentuk yang lain
seperti misalkan besok Eisha bisa mengerjakan ulangan dengan baik,
diselamatkan dari bahaya, diberi hadiah ayah game baru, atau disimpan jadi pahala, begituu..."

kata Eisha: "oh begitu ya, asiiik aku suka game baru..atau hadiah lain"
"jadi aku tetap berdoa saja ya Bunda, Allah pasti akan kabulkan"

Kata Bunda: "iya Sha, insya Allah,
Allah pasti kabulkan, asal kita bersungguh-sungguh"

aaaminnnnnn ya sayang, semoga beso-besok Allah kabulkan jalanan lancar dan tidak macet ya




****
"Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang-orang yang berdo'a kepadaKu, , maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran" (QS. Al-Baqarah: 186).

Dari Abu Said, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seorang muslim berdo’a dan tidak memohon sesuatu yang berdosa atau pemutusan kerabat kecuali akan dikabulkan oleh Allah salah satu dari tiga: Akan dikabulkan do’anya, atau ditunda untuk simpanan di akhirat, atau menghilangkan daripadanya keburukan yang semisalnya” (HR. Ahmad 3/18. Imam Al-Mundziri mengatakannya Jayyid (bagus) Targhib 2/478)

Anas ra., meriwayatkan, bahwa Rasulullah Saw bersabda:
"....bahwa Allah Swt menerima do'a orang yang berdo'a, atau diganti untuknya, atau dipalingkan dari kesulitan yang semisalnya, atau dihapuskan dosa-dosanya."

Rasulullah SAW bersabda:

سَلُوْا اللهَ كُلَّ شَئٍ حَتَّى الشسع فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَوْ لَمْ يُيَسِّرْهُ لَمْ يُيَسَّر

“Mintalah kepada Allah segala sesuatu sampai megadakan tali sendal, sesungguhnya Allah   sendainya tidak memudahkan suatu urusan niscaya dia tidak akan menjadi mudah”




<

To nourish children and raise them against odds is any time, any place, more valuable than to fix bolts in cars or design nuclear weapons. (Marilyn Frech)

Minggu, 30 Januari 2011

Hadits favorit : Rasulullah SAW brsabda : "Barangsiapa yg bangun di pagi hari & hanya dunia yg difikirkannya, sehingga seolah-olah ia tidak melihat hak Allah dalam dirinya, maka Allah akan menanamkannya 4 penyakit : 1. Kebingungan & ksedihan yg tiada putus2nya. 2. Kesibukan yg tdk pernah ada habisnya. 3. Kebutuhan yg tdk pernah terpenuhi.......... 4. Khayalan & cita2 yg tdk pernah sampai." (HR Imam Thabrani)

Percakapan kakek dengan cucu...

Bismillahirrahmanirrahim

Catatan Bunda kali ini
hendak merekam percakapan
kakek Eisha dengan cucu pertamanya: Eisha :)

Setiap hari kakek lah
yang mengantar Eisha ke sekolah
dan menjemputnya kembali ketika pulang, baik ya kakek :)
Bunda terkadang mendampingi kakek mengantar Eisha

Dan dalam perjalanan ini lah
biasanya berlangsung percakapan
antara sang kakek dan cucunya ini
macam-macam saja yang diobrolkan
terkadang sembari membahas pelajaran, seperti begini:

Bunda membacakan soal dibuku IPS untuk Eisha jawab:
Soal dibacakan Bunda:
"Anak yang baik hati akan mendapat banyak.........."

Kakek menyambung:
"ayo Eisha dijawab, Anak yang baik hati akan mendapat banyak apa?"

Eisha: "oh aku tahu, aku tahu,
anak yang baik hati akan mendapat banyak rezekiiiii......."

wahhhhh jawabannya bener gak yah, hehe

kata kakek: "wah masak mendapat banyak rezeki,
bukannya banyak teman????"

kata Eisha: "iyya bisa juga kek, banyak teman sama banyak rezeki"
hihi, Eisha sama kakek jawabannya kayaknya sama-sama bener ya???
**


ini cerita yang lain lagi,

Kakek bercerita ke Bunda begini:
sewaktu menjemput  Eisha pulang sekolah
beberapa hari yang lalu
kakek bercakap-cakap kembali dengan cucunya...

kakek memulai percakapannya:
"Eisha, sekarang Eisha makin pintar ya"
(kata-kata motivasi sebenernya nih, 'ngelem;' cucu )
Kakek menyambung percakapannya dengan pertanyaan:
"kok Eisha bisa makin pintar sih?"

dan cucunya menjawab pertanyaan kakek:
"iya kakek, kan eisha belajar,
eisha belajar dari pengalaman,
kita harus belajar dari pengalaman..."

aha, jawaban ini membuat kakek mberebes meles hatinya :)
(kakek cerita ke Bunda, ga nyangka Eisha jawabannya serius begitu hihi)

Eisha menyambung jawabannya:
"kakek, kita belajar bisa dari mana saja,
"bisa belajar dari sekolah,
juga bisa belajar dari alam"

wah jawaban Eisha bikin hati kakek gerimis...
cucunya sudah pinter jawab pertanyaan...hehe
kata kakek, berarti Eisha menyerap dengan baik
perkataan-perkataan dari ustadz dan Miss nya disekolah, alhamdulillah

*tulisan ini didedikasikan untuk Kakek Eisha yang tiap hari mengantar dan menjemput Eisha sekolah, terima kasih banyak kakek, semoga Allah swt melimpahi Kakek dengan keberkahan umur dan pahala berlimpah yang berujung pada Jannah Allah kelak, Amin Allahumma Amin*



Rabu, 19 Januari 2011

Musikal Laskar Pelangi_Taman Ismail Marzuki




Bismillahirrahmanirrahim

sudah lama Bunda ga upload foto ke mp ^^
album foto ini bercerita tentang kesempatan Eisha dan Safa
menyaksikan pertunjukan Musikal Laskar Pelangi
Januari awal lalu, sabtu terakhir pertunjukan Musikal ini.

Sebenarnya acara ini tidak direncanakan sama sekali
berhubung kabarnya harga tiket nya cukup mahal, bahkan untuk kelas tiga sekalipun
dan sudah sold out jauh hari sebelum acara berlangsung

Tapi namanya rezeki ga kemana ya
secara tak terduga, Bunda dapat rezeki dikasih hadiah
empat tiket nonton Laskar Pelangi Musical ini
sebanyak 4 buah dari teman baik Bunda, namanya Om Beni

Nah kebetulan, keponakan Om Beni ini ada yang ikut main
dipertunjukan Musikal ini sebagai Antapani,
nama keponakan Om Beni adalah Iqbal
anaknya baik dan ramah sekali

Alhamdulillah pertunjukan yang diadakan di TIM ini bagus sekali
ada sekitar 20 buah lagu dan adegan musikal live yang dimainkan
Lama pertunjukan sekitar 2 jam dan ada jeda istirahat sekitar 20 menit
bersyukur dikasih kesempatan pe ntas apik ini
dan katanya Om Beni, Musikal Laskar Pelangi ini akan ada lagi di bulan Juli tahun ini

hmmm, kira-kira Bunda dapat tiket free lagi ga ya? *hehe maunyaa*

nb: foto diambil dari google ya, kecuali foto narsis bunda ayah eisha safa hehe
karena memang selama pertunjukan penonton dilarang mem-foto dengan kamera apapun, termasuk kamera hape :P

Rabu, 12 Januari 2011

the heaviest...

Bismillahirrahmanirrahim

Sudah lama tidak main ke mp
Apa kabar ya semua?

Hari ini Bunda cuma mau menumpahkan
Kejadian pagi ini ke tulisan blog supaya masih bisa dibaca di kemudian hari oleh Eisha terutama.

Ceritanya tadi pagi Bunda temani Eisha berangkat sekolah,
dan karena kata Eisha hari ini ada ulangan Math, jadinya di perjalanan, Bunda bantu Eisha belajar Math.

Nah hari ini materi ulangannya tentang Mass (berat)


Dimulai percakapan belajarnya:
Bunda Membaca buku Math,
Dan Eisha mendengarkan,
"I am heavy" kata si Lion
"I am heavier" kata si Hipo
begitu Bunda membaca, bahasanya campur aduk

Bunda lanjut menjelaskan:
"Jadi si Singa ini berat ya Eisha atau heavy.
Tapi si Hipo ini lebih berat lagi, jd disebutnya heavier."

Nah Bunda yang sok tahu hehe
Mau buat ilustrasi lain yang mungkin lebih masuk,
pake perumpamaan Eisha dan Bunda

Bunda menjelaskan s.b:
"Atau contoh lain begini: Eisha is heavy,
but Bunda is heavier"

Tapi si Eisha nyeletuk
yang tak terduga malah....:
"Ihhh Bunda sih bukan heavier,
Tapi Bunda tuh the heaviest"

TING TONG
Waaaaaaaa Eisha teganyaaaa..

Hehe hehe
*ternyata oh ternyata,
nih anak lebih tahu kenyataan yang sebenarnya huhuhu
*mustidietmustidietmustidietyaa*