Minggu, 06 Maret 2011

BUNG HATTA DAN SEPATU BALLY

Bismillahirrahmanirrahim

Isi postingan kali ini hanya meneruskan share seorang teman di grup BBM
Isinya sangat inspiratif dan mengena (terutama bagi saya)
saya reshare disini ya,
hingga bisa saya lihat lagi ketika hati mulai tergoda akan duniawi..

kisah ini juga bisa dilihat di link berikut:
http://www.lintasberita.com/Lifestyle/Pendidikan/kisah-bung-hatta-dan-sepatu-bally-yang-patut-kita-teladani

BUNG HATTA DAN SEPATU BALLY

Pada tahun 1950-an,
Bally adalah sebuah merek sepatu yang bermutu tinggi dan tidak murah.
Bung Hatta, Wakil Presiden pertama RI, berminat pada sepatu itu.
Ia kemudian menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya,
lalu berusaha menabung agar bisa membeli sepatu idaman tersebut.

Namun, uang tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi
karena selalu terambil untuk keperluan rumah tangga
atau untuk membantu kerabat dan handai taulan yang datang untuk meminta pertolongan.

Hingga akhir hayatnya,
sepatu Bally idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli
karena tabungannya tak pernah mencukupi.

Yang sangat mengharukan dari cerita ini,
guntingan iklan sepatu Bally itu hingga Bung Hatta wafat
masih tersimpan dan menjadi saksi keinginan sederhana dari seorang Hatta.

Pada hal, jika ingin memanfaatkan posisinya waktu itu,
sangatlah mudah bagi beliau untuk memperoleh sepatu Bally.
Misalnya, dengan meminta tolong para duta besar atau pengusaha yang menjadi kenalan Bung Hatta.

Namun, di sinilah letak keistimewaan Bung Hatta.
Ia tidak mau meminta sesuatu untuk kepentingan sendiri dari orang lain.
Bung Hatta memilih jalan sukar dan lama,
yang ternyata gagal karena ia lebih mendahulukan orang lain
daripada kepentingannya sendiri.

Pendeknya, itulah keteladanan Bung Hatta,
apalagi di tengah carut-marut zaman ini.
Bung Hatta meninggalkan teladan besar,
yaitu sikap mendahulukan orang lain,
sikap menahan diri dari meminta hibah,
bersahaja, dan membatasi konsumsi pada kemampuan yang ada.

Kalau belum mampu, harus berdisiplin
dengan tidak berutang atau bergantung pada orang lain.

Seandainya bangsa Indonesia dapat meneladani
karakter mulia proklamator kemerdekaan ini,
seandainya para pemimpin tidak maling,
tidak mungkin bangsa dengan sumber alam yang melimpah ini
menjadi bangsa terbelakang, melarat, dan nista
karena tradisi berutang dan meminta sedekah dari orang asing.
Attachment: bung hatta.jpg

5 komentar:

  1. nice sharing Ci....huhu..terharuuuuu...

    BalasHapus
  2. iya, mendahului kepentingan orang lain itu yang sulit...tererengkyu bunda eisha moga menjadi teladan

    BalasHapus
  3. skr ini blm ada pemimpin negeri ini yg berwatak spt bung hatta yg begitu sederhana

    BalasHapus