Rabu, 21 April 2010

Membesarkan anak dalam budaya tamak atau itsar? mana yang kita pilih?

Bismillahirrahmanirrahim

tulisan sekaligus curhat ini berawal dari
pandangan mata kemarin 
sewaktu saya menuju kampus
dengan kereta listrik KRL AC jabotabek
dari stasiun Tebet menuju UI depok

disitu, saat saat masuk kereta,
saya temui satu keluarga lengkap berada dalam kereta AC
seorang ibu, seorang ayah, dan dua anak balita mereka, 
dan satu ART (mungkin juga disebut baby sitter)
mereka semuanya tak terkecuali 
duduk di bangku kereta
masing-masing mendapat satu kursi

kursi kereta saat itu memang sdh penuh
jadi saya dan beberapa penumpang lainnya
memang tidak mendapatkan tempat duduk
jadinya harus berdiri

setiba distasiun cawang
bermasukanlah penumpang kereta lainnya
ke dalam kereta
beberapa diantaranya adalah ibu-ibu paruh baya
lebih tua-lah dari saya (sepertinya)
kami persis berdiri tepat dihadapan keluarga tersebut

entah ini persepsi (proyeksi) saya atau bukan
mungkin iya, cuma menurut saya
alangkah baiknya jika sang ayah (dari keluarga tersebut) memberikan kursinya  
kepada orang lain perempuan2 ibu2 yang berdiri dihadapannya
atau mungkin salah satu dr dua anak balita mereka bisa dipangku 
untuk memberi ruang duduk bagi penumpang lain yang berdiri

tapi saya memang bukanlah mereka...

sang ayah tidak bergeming
tetap asik duduk di kursinya

saya sebenarnya sudah mahfum (biasa?)
dengan fenomena ini di kereta
mengingat pengalaman saya selama mjd penumpang perkeretaan jabotabek
jangan terlalu berharap... 
ada orang yang mau memberikan tempat duduk ke kita,
walaupun orang tersebut laki-laki dan muda serta terlihat sehat 
karena kalau kita punya harapan itu, mungkin kita akan kecewa

karena hal itu jarang terjadi
kebanyakan malah para penumpang pria
akan memejamkan matanya ketimbang
memberikan tempat duduknya ke penumpang lain
yang mestinya lebih diprioritaskan untuk duduk
yaitu: ibu-ibu, orang tua (lansia), atau anak-anak

nah kembali ke keluarga di kereta itu...
menjelang stasiun kalibata dan pasar minggu
dua anak balita mereka yang aktif sdh mulai bosan  duduk manis di bangku kereta
anak-anak balita itu  berdiri meninggalkan kursinya
dan salah satu anaknya yang paling kecil (sekitar 2 tahunan)
minta dipangku oleh si mba (ART)
sementara sang kakak yg lbh besar berjalan kesana kemari

hm hm...
berarti tersedia setidaknya satu bangku kosong lebih ya?

saya sekali lagi tidak berharap
bangku tersebut diberikan kepada penumpang lain
saya hanya senyum-senyum saja dalam hati 
(emang bisa ya senyum dalam hati? ^^)

yang membuat saya terkejut adalah
sang ibu (dari keluarga tersebut)
yang melihat bangku anaknya kosong
karena sang anak minta dipangku si mba ART
'memindahkan tas travel bayi berukuran cukup besar
ke bangku kosong yang ditinggalkan anaknya 


astaghfirullahal adzim...

jadilah bangku kosong tersebut dihuni
oleh tas bayi besar ketimbang diisi oleh orang lain yang jelas-jelas berdiri...

Allahu Rabbi....fenomena apa ini?

sang ibu lebih memilih mengisi bangku yang kosong tersebut dengan tas travelnya
ketimbang mempersilakan orang lain untuk duduk dibangku tersebut

bagaimana sekiranya Anda melihat hal ini?
apakah miris atau mungkin merupakan hal biasa??

****

ada satu lagi pengalaman saya...
hampir mirip dengan pengalaman kereta diatas...


dua minggu yang lalu saya berkesempatan mengajak anak-anak saya
bermain air di Snow Beach Taman Mini
karena kami kesana saat weekend bisa dibayangkan
betapa penuhnya orang yang berada disana

sampai suatu saat 
Eisha kepingin mencoba suatu wahana aliran air
dan itu membutuhkan pelampung ban kuning besar supaya bisa terapung
pelampung tersebut  memang disediakan pihak pengelola wahana 
tetapi apa mau dikata semua pelampung sudah terpakai
jadi kami mengurungkan niat bermain ke wahana tersebut
dan memilih untuk menunggu...

sampai saya melihat seorang ibu 
sedang memegangi sebuah  pelampung  disebelahnya
pelampung ban besar berwarna berwarna kuning sambil duduk..

dari pakaiannya saya yakin ibu itu tidak turut berenang...

tidak berapa lama, ada seorang anak perempuan 
berusia sekitar 10 tahun menghampiri ibu itu
ternyata anak perempuan itu bukanlah anak si ibu ini
ternyata si gadis kecil menghampiri si ibu
untuk bertanya bolehkah ia memakai pelampung ban kuning yang tidak terpakai
yang berada disebelah ibu itu

lalu apa kata ibu itu ke anak itu:
"Maaf ga bisa, ini nanti mau dipakai sama anak-anak saya"

padahal sampai sejam saya perhatikan 
sang pelampung masih tetap berada disamping ibu tersebut 
tanpa ada seorang anak atau kerabatnya yang memakainya

astaghfirullah...
saya beristighfar
kenapa ya ibu itu meng-keep  pelampung yang tidak dia pakai
sementara sebenarnya pelampung itu
adalah nyata-nyata  bukan kepunyaanya
dan ada orang lain yang saat itu membutuhkan?

duh jangan-jangan (saya) pernah melakukan hal itu ya?
astaghfirullah, saya tidak mau ya Allah.....
....semoga hal ini tidak pernah terfikir untuk pernah saya lakukan
apalagi dihadapan anak-anak saya...

karena bagaimana bisa...saya sebagai
seorang ibu, atau kita sebagai ibu dan ayah
yang tidak berhenti berdoa agar anak-anaknya menjadi anak sholeh, anak sholehah,
penyejuk mata dan hati  kita
malah mengamalkan sifat ketamakan dalam keseharian kita?

bagaimana bisa kita berharap
anak-anak kita kelak
menjadi anak yang anak yang baik, berhati lembut, penolong sesama..
tapi kesehariannya anak-anak dibawa pada sikap mementingkan diri sendiri?

bagaimana bisa kita berharap bangsa ini dipenuhi
generasi masa depan pembangun bangsa
jika sikap menolong dan memberi kepada orang lain tidak dibiasakan?
malah ditiadakan?

bagaimana mungkin kita berharap sang anak akan menjadi amalan jariyah kita kelak
jika kita, orang tuanya malah lebih mengedepankan sifat yang  justru diminta oleh Allah SWT dan Rasulunya untuk dijauhi?

*****

mari berkaca kepada fenomena yang lain
di belahan waktu dan peristiwa yang lain..
yang cukup membuat asa ini ada kembali
akan generasi masa depan yang sholeh dan sholehah...

cerita yang diadaptasi ini semoga memberikan hikmah buat kita ya..
ibu dan ayah, ummi dan abi, mama dan papa..

adalah dua anak laki-laki bersaudara...
usia keduanya kurang dari 5 tahun
mereka berdua sedang diajak berjalan-jalan ke Taman Pintar di Jogja sana

Di tengah perjalanan,
sang adik dibelikan satu botol susu coklat oleh sang Ibu
cuma satu buah memang...untuk dirinya sendiri yang memang sedang kehausan

sementara saudara satunya-nya (sang kakak) memang tidak berada disitu
karena sedang bermain di wahana yang lain
jadi sang ibu tidak membelikan susu untuk si kakak

sang adik  ternyata..
tidak serta merta menghabiskan susu tersebut
disisakan separuh, walau ia kehausan
dan katanya pada sang ibu: "ini setengah untuk Mas (sang kakak)"

subhanallah...
si adik haus
tapi ia masih terpikir
untuk memberikan sisa susunya pada saudaranya yang lain..

Sempatkah terfikir bahwa anak-anak ini
termasuk anak-anak kita
adalah anak-anak yang diberikan Sang pencipta
sebuah sifat fitrah yang sangat baik

Rasululullah SAW bersabda:
"Tiada seorang bayi pun yang lahir melainkan ia dilahirkan di atas fitrah. (HR Bukhari)"

mereka anak-anak ini
bagaikan kertas polos penuh dengan kesucian
apakah yang akan kita torehkan kepada kertas ini
sifat tamak ataukah sifat itsar?
sifat egosentris atau penolong?
sifat yang dilarang atau yang diajarkan Rasulullah SAW?

insya Allah kita akan memilih yang kedua..
inya Allah..insya Allah...
semoga Allah SWT meridhoi kita ya Ayah dan Bunda


“Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri.Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. 59:9)


32 komentar:

  1. postingan yang sangat menyentuh....
    terima kasih jeng...:)

    BalasHapus
  2. terima kasih juga mba Pingkan untuk menjadi yang pertama membaca catatan saya ini^^

    BalasHapus
  3. kayaknya aku juga pernh egois gini, huhuhuhu....

    BalasHapus
  4. hehe iya kadang2 kita nda sadar ya..banyak2 istighfar aku juga

    BalasHapus
  5. mmh..mmh...pilih itsar deh bunda...

    BalasHapus
  6. alhamdulillah insya Allah ya Ummi ;) *ammah, bunda jadi ingat puisi itsar zaman dulu, masih disimpan nda?*

    BalasHapus
  7. Postingan bgs mb,trmksh sdh mengingatkan,aku hrs bnyk belajar utk mjd org tua yg bisa mjd contoh buat anak2....

    BalasHapus
  8. sama-sama Bunda, terima kasih sdh membaca tulisan ini, semoga kita bisa saling sharing untuk menjadi orang tua yang baik, sama-sama belajar untuk generasi masa depan yang lebih baik:)..aamin

    BalasHapus
  9. Smg kita termasuk ibu ibu yg selali bs belajar memberikan contoh yg terbaik untuk anak anaknya ya mba..
    Tfs..

    Tp emang klw naik kereta atau kendaraan umum lainnya, mulutku udah ga bs dikunci pasti nyinyirbgt sama hal hal kaya gini..
    Pedoman gw..pedes pedes deh nih mulut, asal yg berkelakuan tau gw ga setuju sm sikapnya..

    BalasHapus
  10. Ini terjadi jg di nyokap dan adek gw yg nonton barney show..ada ibu ibu yg menderetkan pasukan tas nya dikursi kursi depan pdhl (sampai akhir acara 90menit tdk muncul 1 org pun yg duduk dideretan kursi kursi itu) pas nyokap nanya, apakah bs duduk disitu atw enggak, dia jawabnya ga bisa, ada yg nempatin..
    Untung gw ga ikut nonton, klw ukit kali gw udah nyinyir dotcom..maksudlo tanteee kursi kursi lo ini ditempatin sama tas tas punya mata?trus gw lempar aja tasnya..
    -khayalan tingkat parah, tp sunggug klw lo ga bs menghargai orang lain - adalah petaka buat dia tidak dihargai org lain juga..

    BalasHapus
  11. aamin, semoga benar kita bisa menjadi contoh yang baik

    salut buat Dhani dan orang2 yang berani menegur orang yang melanggar hak orang lainnya..*saya terkadang segan hiks hiks*

    BalasHapus
  12. astaghfirullah ngenes dengernya..nih ibu kok bisa begitu yaaa....

    andaikan ada Dhani, semoga ibun itu sadar...perbuatannya akan berefek ke sifat anak2 nya kelak..hiks

    BalasHapus
  13. Tapi masalahnya mba, abis itu ibuku pasti mrepet..menurut beliau biarin aja orang2 yg tidak mempedulikan org lain itu mendapatkan teguran dr Allah langsung jng dari mulutku..nambahin dosa aja..hehehe..
    Emang sih aku temperamental bgt (pr nih udh pny anak musti bs ngontrol klw engga nanti anakku copy paste sifatku gawaaatt aw aw aw)
    Mg2 kita selalu bs belajar menjadi lebih baik agar generasi selanjutnya 100x lbh baik drpd kita..

    BalasHapus
  14. hehehe bukan anak kereta, tp pernah tuh 2 kali kejadian kyk gt..
    yg pertama waktu itu aku memperjuangkan hak nenek ku yang lansia, aku liat si ibu kecil gak gede2x amat dengan balita yg gak gede2x ama juga, yg menurut ku bslah yah 2 kursi itu diisi oleh 3 orang *si ibu, si balita, dan nenek ku* tp meski dengan senyuman, si ibu ttp gak mau kasih.. pdhal nenek ku dah tua bangets....
    trus yg kedua, yg aku bela adalah hak ibu2x laen yang repot gendong balita dan megangin satu balita lg.
    aku liat ada cowo2 mhs yang gagah2x duduk di depan ibu itu, aku minta baek2x aja sama cowo2x gagah itu bs ga kursi mereka diberikan ke ibu itu *aku sendiri berdiri soalnya* gak di sangka, cowo2x itu dengan gagahnya bilang, kita juga bayar mba naek kreta.. masyaAllah... untung ada ibu2x muda yg terbangun krn kehebohan itu, trus dengan baik hati mempersilakan ibu2x dan 2 balita itu duduk.
    para cowo2 gagah itu akhirnya pd salting...
    smoga kita selalu diingatkan yah tuh empati dengan lingkungan.. supaya anak2x jd generasi yang gak egois..

    BalasHapus
  15. pengaruh apa ya bun pola hidup yg sdh cuek sperti itu. emphati barang langka ya sekarang.

    BalasHapus
  16. kalau saya, besar kemungkinan akan menegur ibu tersebut, bahwa kursi di kereta bukan untuk barang, tapi untuk penumpang. barangkali dia marah, tapi saya yakin penumpang lain juga bisa menanggapinya dengan cara yang patut. ini pendidikan untuk si ibu itu dan keluarganya, juga untuk penumpang lainnya. ke depannya, semoga, yang terlibat dalam peristiwa semacam ini, lebih punya kesadaran.

    BalasHapus
  17. salut! semoga tetap bisa sabar dan tabah mengajak orang lain berempati. didengar atau tidak, bukan urusan, yang penting proses...

    BalasHapus
  18. masih :) ngikut ke Jepang juga nih, soalnya jadi pembatas buku fiqh wanita yg kemana2 mesti ngikut hehe...

    BalasHapus
  19. Waduhh mbaa klw yg ga ngasih duduk itu mahasiswa atau siswa sekolah menengah bs dipertanyakan sistem pendidikan disekolah (maupun dirumah) sekolah mahal. Juara ini itu, tp klw ga bs menghargai org lain mah percuma bukaaannn..

    BalasHapus
  20. Duh merasa dicubit baca tulisan ini. Makasih ya Ci udah diingetin biar jadi org y lebih baik...

    BalasHapus
  21. asyik nih kalo banyak orang kayak dhani :-), indonesia lebih cepat maju, jadi tempat tinggal idaman karena nyaman dan menyenangkan.

    BalasHapus
  22. tapi bener mba Dhani, harus ada orang yang mampu (berani) memberi peringatan...kalau bisa mengubah sesuatu dengan tangan kita alhamdulillah ^^ teruskan maa...

    BalasHapus
  23. salut nih sama perjuangannya,, membela yang berhak..gemes juga sama tuh mahasiswa gagah..*mudah2an bukan mahasiswa UI ya?*

    BalasHapus
  24. hiks iya ma, duh jangan sampai hati kita menhjadi keras, semoga selalu bisa berlembut hati ya maa

    BalasHapus
  25. iya mba, saya selalu iri sama orang yang bisa blak-blakan menegur orang lain..salut sama Mba Nesia dan teman lain..saya agak segan karena biasanya yang ditegur marahnya bisa luar biasa dr pada yang ditegur :(

    BalasHapus
  26. insya Allah ya mba, kita berjuang dari pintu mana saja..

    BalasHapus
  27. sama-sama mba terima kasih sdh mau berbagi dan dibagi ya:)

    BalasHapus
  28. mental kere bu
    merasa tidak mampu padahal mampu

    makanya mumpung dapet, dia pertahankan habis2an, walaupun tidak bermanfaat buat dia.

    BalasHapus
  29. duh jangan sampai ya kita punya mental "kere" kayak begini...
    *tapi kenapa makin banyak orang kayak begini ya?*

    BalasHapus
  30. tamak atau itsar?tentu saja pilih itsar. tapi kalo pelit gimana tuh bun?bahkan anak 2 seusia anak saya (17 bln keatas) udah punya sikap pelit dan posesif..itu wajar ga sih sbg tahapan perkembangannya krn saya ga yakin anak itu melihat dr orangtuanya?

    BalasHapus
  31. Alhamdulillah ya ma, kita memilih itsar...

    sebenarnya kalau anak Balita (apalagi dibawah usia 3 tahun) sifat ego anak masih wajar kalau terjadi ya ma, tinggal kita sebagai orang tua mengarahkannya menjadi lebih baik

    tips ttg mengatasi ke posesifan anak bisa dibaca di: http://www.parentsguide.co.id/dsp_content.php?kat=5&pg=atg&&emonth=12&eyear=2006

    dan tentang mengatasi pelitnya sanga anak bisa dibaca disini mom:
    http://www.tabloid-nakita.com/artikel.php3?edisi=05245&rubrik=batita

    semoga ya anak-anak kita tumbuh menjadi anak berbudi (sholeh sholehah)

    BalasHapus