Selasa, 13 April 2010

tidak ada yang salah dengan menjadi sama

Bismillahirrahmanirrahim

Tulisan ini terinspirasi oleh
beberapa hal dan kejadian

salah satunya terinspirasi oleh status pak Pras,
dosen marketing saya waktu di MMUI dulu,
di statusnya beliau menanggapi fenomena tentang
pandangan orang-orang terhadap  seorang Bapak berumur..
sebut saja pak Trimo..
seorang penjaja es teh manis di SMA 6 sana
yang dari dulu  saat pak Pras sekolah sampai sekarang
hampir 20 tahun
masih tetap berjualan es teh di pinggir sekolahnya.

Kebanyakan orang memandang pak Trimo ini
sebagai orang yang tidak maju-maju,
sama dari waktu ke waktu, tidak ada progress,
hidupnya begituuu-begituuu saja..

tapi pak Pras tidak begitu,
ia memandang pak trimo sebagi orang yang konsisten,
konsisten melayani anak sekolah yang haus sepulang sekolah
dengan jajanan  jualan minumannya...
Pak trimo bukanlah orang yang hidupnya membosankan
ia sebaliknya adalah orang yang ikhlas berusaha
dengan hal yang sama dr waktu ke waktu

adakah hal yang salah dengan kesamaan pak trimo selama itu?
saya sepakat dengan pak pras: tidak, tidak ada yang salah

ada satu cerita lagi..
sebutlah pak Narsun
seorang bapak tua penjual mainan di depan sekolah TK Eisha
setiap jam pulang sekolah ia akan siap bersama sepedanya yang penuh dengan susunan mainan serba murah rata-rata lima ratus sampai seribuan perak
menyambut anak sekolah TK keluar dari gerbang dan melihat-lihat mainannya
syukur-syukur jika ada yang membeli
ia sudah menjalani hidup berjualan mainan ini bertahun-tahun
mendapat omset penjualan 30-50 ribu setiap harinya
yang dipakai sebagian untuk makan

ia tetap melakukan hal yang sama
walaupun sebenarnya anak-anaknya sudah dewasa
sudah tidak membutuhkan nafkah dari sang bapak
dan sanggup menghidupi sang bapak
namun Pak narsun tdk mau
ia ingin berusaha sendiri
memegang uang sekedarnya dari jerih payahnya sendiri
dari tetap berjualan mainan
ia rela tidur di emperan di toko-toko setiabudi setiap malam
dan baru tiap dua minggu sekali pulang bertemu
dengan anak cucunya di cibinong bogor sana
subhanallah, jadi apa ada yang salah jika seorang bapak tua tetap sama berjulaalan mainan sepanjang hidupnya? apa ia adalah orang yang kolot?orang yang tidak mau maju?

Tidak, tentu saja tidak bukan?
kesamaan yang dijalani pak Narsun selama ini
adalah untuk harga dirinya,
untuk martabatnya dari tidak meminta-minta kepada orang lain
dari menggantungkan hidup materinya kepada anak-anaknya

Subhanallah,
dan astghfirullah terucap
selama ini mungkin kita telah salah memandang orang
memproyeksikan mereka sesuka hati kita
melecehkan cara hidup mereka,
menghina pekerjaan mereka yang sama dari waktu ke waktu dalam hati kita
merendahkan nasib mereka yang sama dan terlihat monoton
dan terlihat berjalan di tempat

tapi tahukah
mungkin sesungguhnya niat dan tujuan mereka lebih pasti
dan ikhlas dari
jalan kita, dari cara kita...

Lihatlah sekali lagi cerita yang lain..
sebut saja pak Taufik
adalah seorang bapak tua
tukang parkir di suatu Sekolah Menegah Atas di Jakarta
sama seperti halnya bapak Narsun dan pak Trimo
ia sudah belasan tahun menjadi tukang parkir di tempat yang sama

ketika ditanya: bosankah ia menjadi tukang parkir? ia menjawab: tidak.
ketika ditanya lagi: inginkah ia berpindah pekerjaan ke pekerjaan yang lebih baik?
jawabannya: tidak.
ketika ditanya lagi: mengapa Bapak tetap bertahan hanya sebagai tukang parkir?

Inilah jawaban Pak taufik:
karena dengan menjadi tukang parkir hidupnya menjadi lebih berarti,
ia anggap pekerjaannya ini adalah cara satu-satunya
ia bisa mengumpulkan bekal
di kampung akhirat kelak,
karena ia tidak punya apa-apa untuk berbagi
atau bersedekah

Benarkah hanya menjadi seorang tukang parkir bisa menjadi lebih berarti?
bagaimana caranya?

Inilah jawaban Pak taufik:
yaitu dengan mendokan setiap orang yang datang dan pergi dari tempat parkir
ketika setiap mobil pergi dari tempat parkir yang berada ia di dekatnya, Pak Taufik berdoa
doa yang ia panjatkan adalah:
"Ya Allah semoga Bapak/Ibu/anak itu selamat sampai tujuan"

Semoga kata pak Taufik, doa yang dia haturkan sebagai tukang parkir selama ini
menjadi dzikrnya dan menjadi tabungan amalannya kelak di akhirat...


subhanallah..subhanallah...subhanallah

*semoga kita bisa mengambil hikmahnya



16 komentar:

  1. Subhanallah.. Bagus bun tulisannya.. Jd kuncinya emg ikhlas ya..

    BalasHapus
  2. memang arti sukses ga boleh dimaknai hanya dengan satu pandangan sempit kita ya, mbak.

    BalasHapus
  3. Itu namanya bekerja dengan hati.
    Terlepas mungkin mmg "tidak ada pilihan pekerjaan lain" namun yg mrk lakukan adalah sepenuh hati. Dan disitulah esensi nya.

    Hal lain adalah pak Wandi, OB di kantor lamaku, jadi OB sejak tahun 50 sampai skrg, dari gaji belasan ribu skrg gajinya 4 jt/bulan, dan dia bilang "enak, udah khatam kerjaannya, tiap tahun ketemu orang baru" - maksudnya yg resign datang dan pergi kali ya, hehe

    BalasHapus
  4. TFS...saya juga konsisten dengan bekerja di LD udah hampir 18 tahun hehehe

    BalasHapus
  5. terima kasih ma atas apresiasinya, iya utamanya ikhlas, semoga ya ma kita bisa mjd pribadi2 yg ikhlas apapun pekerjaan kita...

    BalasHapus
  6. betull..seringkali kita mempersepsikan arti bahagia, sukses, mapan dalam artian yg sangat sempit..dan dr pandangani kita sendiri..

    BalasHapus
  7. betul mba Ilna, semoga kita selalu bisa bekerja dengan hati insya Allah

    BalasHapus
  8. sama-sama Mba linda, hehe ini konsisten beneran di LD 18 tahun sampe dapet jodoh disana yaa :)

    BalasHapus
  9. Tidak boleh memendang negatif pada sesuatu hal yang positif, lets open mind ..gitu ya

    BalasHapus
  10. betulll maa, setujuuuu...^^ open mind and thinking positive, insya Allah

    BalasHapus
  11. saya prinsipnya gini..ikhtiar, tawakkal, sabar dan ikhlas.

    Pasti bapak2 yg disana itu sudah melewati semua step, mungkin karena sudah tua, gak mungkin nyoba yg lain, sudah kadung enak di comfort zone nya, jadi dia gak mau kluar lagi. Nah dr bapak2 itu kan menandakan beliau sudah ikhlas...baguss itu, ikhlas stelah giat berikhtiar, klo ikhlas saja atau lebih tepatnya rela / nrimo tanpa ikhtiar ya berarti bohong besar betul gak bun ?

    BalasHapus
  12. sepakat maa...

    tawakal adalah melakukan sesuatu atau usaha segenap hati tanpa bergantung pada sesuatu/usaha tersebut, melainkan kepada Allah swt.. dan ikhlas berarti melakukan sesuatu untuk mendapat ridho Allah, dua-duanya merupakan ibadah hati..yang tahu hanya Allah semata..(oleh2 materi dari pengajian kampus^^)

    Semoga kita termasuk dalam orang2 yang selalu bertawakal, iklash, sabar dan selalu bersyukur (what a perfect live ^^ insya Allah ya Bun.....)

    adapun orang yang belum berusaha namun sdh menyerahkan sepenuhnya pada Allah a.k.a pasrah maka apakah layak disebut sebagai org yg bertawakal?? tentu tidak.

    sepakat sama Bunda. jadinya nol besar.

    wallahu'alam ya Bun...

    BalasHapus
  13. orang2 spt ini selalu membuat kagum, begitu istiqomah.....masya Allah...

    BalasHapus
  14. iya Ammah, masya Allah...semoga kita juga ya bisa istiqomah seperti mereka..

    BalasHapus
  15. masyaALLOH cerita yang bagus bunn................

    jazakillah sudah berbagi ^^

    BalasHapus
  16. waiyyakum Ambu, semoga bermanfaat ya ^^ terima kasih sdh mampir kembali kesini...

    BalasHapus